Tiga manfaat diungkapkan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di balik resminya Indonesia memegang presidensi G20 di tahun 2022, khususnya saat KTT G20 dilakukan di Indonesia.
Manfaat secara fisik pada gelaran KTT G20 yang pertama adalah dapat meningkatkan konsumsi domestik hingga Rp1,7 triliun, kedua penambahan PDB nasional hingga Rp7,4 triliun, dan ketiga adalah pelibatan UMKM dan penyerapan tenaga kerja sekitar 33 ribu di berbagai sektor.
Secara agregat, diperkirakan manfaat ekonominya dapat mencapai 1,5 sampai 2 kali lebih besar dari pelaksanaan IMF-WBG Annual Meetings 2018 di Bali. Pasalnya pelaksanaan pertemuan G20 tahun depan yang direncanakan sejumlah 150 pertemuan dan side events selama 12 bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Side event-nya saja terdiri dari Pertemuan Working Groups, Engagement Groups, Deputies/Sherpa, Ministerial, dan KTT G20, serta Side Events.
"Manfaat untuk sektor akomodasi, makan-minum, pariwisata pasti, dan yang terpenting adalah branding Indonesia di dunia internasional. Dalam jangka panjang, branding itu akan meningkatkan confidence dari negara-negara lain terhadap Indonesia, dan Indonesia dapat menjadi central stage di dunia," kata Airlangga dalam keterangannya, Minggu (21/11/2021).
Presidensi G20 di Indonesia mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger". Melalui forum G20 tersebut, Indonesia berkesempatan mendorong upaya kolektif dunia mewujudkan kebijakan yang dapat mempercepat pemulihan ekonomi global secara inklusif.
Tiga topik utama yang akan diangkat dalam Presidensi G20 Indonesia adalah sistem kesehatan dunia, transformasi ekonomi dan digital, dan transisi energi.
"Ini adalah momentum untuk menjaga Kawasan Indo Pasifik yang netral, sebab pertumbuhan ekonominya yang relatif tinggi, dan ini adalah eranya untuk Asia. Setelah G20, Indonesia juga akan memimpin ASEAN, sehingga ini (G20) sangat tepat waktu, karena saat ini ASEAN merupakan wilayah cukup tenang dengan pertumbuhan tinggi," ujar Airlangga.
Airlangga menerangkan, dari dalam negeri Indonesia harus memperkuat sisi kesehatan yaitu vaksin dalam negeri yang bisa membuat resiliensi untuk mengatasi jika terjadi gelombang berikutnya.
"Maka dari itu, vaksin merah putih, vaksin nusantara ataupun vaksin lainnya yang bisa kerja sama dengan perusahaan farmasi, baik dengan BUMN dan swasta akan terus didorong, agar selain menangani COVID-19, kita bisa juga menghemat devisa," kata Airlangga.
(hal/dna)