Pengusaha menyambut baik aturan transaksi perdagangan Indonesia dan China yang sudah tidak lagi menggunakan dolar Amerika Serikat (AS). Hal itu berkat kerja sama Bank Indonesia (BI) dan People's Bank of China (PBC) yang mengimplementasikan transaksi bilateral dengan mata uang lokal (Local Currency Settlement/LCS).
Vice Chairman of LIT Alim Markus mengatakan sudah lama menunggu kebijakan ini karena bisa menghemat biaya sebagai pengusaha saat melakukan transaksi perdagangan dengan China.
"Sebagai pengusaha saya sudah sejak lama menginginkan LCS untuk dilaksanakan karena itu menghemat para pengusaha. Saya sangat mendukung sekali karena bagaimana pun supaya lebih efisien, lebih bisa cost down itu lah jalannya," katanya dalam acara Indonesia China LCS Implementation Progress & Best Practice secara virtual, Rabu (24/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani. Penggunaan LCS ini dinilai akan memperkuat pertumbuhan ekonomi ke depan karena ketergantungan dolar AS dalam perdagangan antar negara terus menurun.
"Ini yang ditunggu sangat lama untuk direalisasikan. LCS ini akan membuat perekonomian kita menjadi lebih efisien, akan membuat pertumbuhan ekonomi ke depan lebih stabil dan kuat," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Analis Eksekutif BI Perwakilan Beijing Firman Hidayat mengatakan pengusaha akan memperoleh manfaat dari LCS yakni fleksibilitas transaksi dalam bentuk threshold transaksi yang lebih longgar dibanding transaksi menggunakan dolar AS.
"Manfaat yang dapat diperoleh pelaku usaha yaitu fleksibilitas transaksi dalam bentuk threshold transaksi yang lebih longgar dibanding transaksi dolar/rupiah. Memang terkait CNY/IDR ini setiap transaksi harus menggunakan underlying," jelasnya.
Firman menjelaskan saat ini China menjadi penyumbang foreign direct investment (FDI) terbesar ketiga di Indonesia dengan total investasi dari 2017-2021 mencapai US$ 17,6 miliar. China juga merupakan mitra utama perdagangan Indonesia yaitu negara utama tujuan ekspor dengan pangsa sebanyak 13,6% atau senilai US$ 22,63 miliar secara rata-rata sepanjang 2013-2020.
China juga disebut negara asal impor utama Indonesia dengan pangsa 21,4% senilai US$ 34,98 miliar. "Jika digabungkan nilai total perdagangan dapat mencapai hampir 40%," ujar Firman.