AS Terancam 'Resesi Seks', Apa Dampaknya Buat Ekonomi?

AS Terancam 'Resesi Seks', Apa Dampaknya Buat Ekonomi?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 06 Des 2021 22:15 WIB
Munculnya varian Omicron membuat warga di berbagai negara dunia waspada. Di AS, warga kembali beraktivitas menggunakan masker dan ramai-ramai divaksin COVID-19.
Foto: AP Photo
Jakarta -

Amerika Serikat (AS) terancam 'resesi seks'. Hal ini tampak dari sebuah laporan terbaru sebuah penelitian.

Dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (6/12/2021), laporan Institute for Family Studies (IFS) menjelaskan jumlah anak muda Negeri Paman Sam yang tidak berhubungan seks meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 8% menjadi 21%.

"Lebih banyak perempuan dari sebelumnya antara 18 dan 35 dilaporkan tidak berhubungan seks dalam satu tahun terakhir, dan 'ketidakbersamaan' telah meningkat terutama di antara mereka yang taat beragama," menurut penelitian tersebut dikutip dari Daily Mail.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ilmuwan menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini seperti faktor ekonomi dan psikologis. Selain itu, ada juga faktor lain yang cukup signifikan yang mempengaruhi perilaku ini yakni kekhawatiran moral, utamanya dalam melakukan seks pra nikah.

Resesi sendiri diartikan dengan kemerosotan. Dalam ekonomi, resesi diartikan sebagai kondisi ketika produk domestik bruto (PDB) menurun selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

ADVERTISEMENT

Terkait resesi seks, jurnalis senior CNBC International AS Jake Novak menggunakan kata itu untuk menggambarkan bagaimana mood untuk melakukan hubungan seksual dan menikah turun tajam di AS.

Saat membahas ini di 2019, resesi seks menurutnya bisa menjadi ancaman besar bagi PDB negara itu. Keengganan melakukan seks dan berumah tangga membuat tidak adanya permintaan untuk membeli rumah, membeli barang-barang ritel, bahkan kontrasepsi sekedar untuk berhubungan dan menunda kelahiran.

"Ini menjadi hal serius yang menyebar ke sejumlah sektor bisnis mulai dari real estate, pakaian hingga kontrasepsi dan berujung pada menurunnya Produk Domsetik Bruto (PDB)," tulisnya kala itu.

"Sex recession merupakan ancaman terbesar dari semua ancaman yang ada," katanya.

(acd/das)

Hide Ads