Sumanto menyebut, Komisi B DPRD Jateng saat ini tengah menyelesaikan pembuatan peraturan daerah (perda) tentang peningkatan balai peternakan, pertanian, perikanan. Perda ini disebutnya akan menghidupkan kembali balai-balai penelitian yang saat ini mati suri.
"Karena 60 persen hasil pertanian dan peternakan itu dari bibitnya. Kalau bibitnya jelek pasti hasilnya jelek, maka ini harus ada peningkatan," tegasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Jawa Tengah sendiri, lanjutnya, terdapat 40 balai peternakan seluas hampir 600 hektare, 30 balai peternakan seluas 47 hektare dan 17 balai perikanan seluas 21 hektare. Semua balai ini disebutnya dalam kondisi mati suri.
"Di situlah nanti Pemprov masuk ke situ untuk mengadakan penelitian, dengan menghasilkan produk-produk bibit yang unggul. Sehingga diharapkan produktivitas pertanian jauh terdongkrak baik kualitas maupun kuantitasnya. Perda ini sudah selesai dibahas, saat ini tengah menunggu hasil evaluasi dari kementerian," jelasnya.
Selain itu, Komisi B juga menyiapkan raperda inisitif tentang tata kelola dan pemasaran ekspor produk pertanian, peternakan, perikanan dan UMKM Jawa Tengah. Raperda ini memberikan perlindungan lebih kepada petani, peternak maupun pembudidaya ikan.
"Kalau tidak ada campur tangan pemerintah, petani itu (bekerja) tradisional dan terus menerus akan seperti itu. Selama ini tidak ada kepastian harga jika mereka menanam bawang atau padi, kebanyakan waktu panen harganya justru anjlok," ungkapnya.
"Konkritnya pemerintah harus memberikan jalan. Bahwa pemerintah akan memasarkan produk mereka. Selama ini belum ada payung hukumnya, maka kita dorong agar petani kita semakin terbantu," imbuhnya.
Sumanto menyebut untuk saat ini tidak mungkin menyetop keran impor karena kebutuhannya jauh bandingannya dengan produksi. Menurutnya impor baru bisa ditekan jika produksi dalam negeri mampu ditingkatkan.
"Kalau sekarang sudah jauh terlambat. Pemerintah harus segera menyiapkan bibit yang unggul agar kualitas produk kita bersaing. Jika petani untung, pasti akan banyak petani lain yang tergiur menanam bawang putih, disitu produksi akan terdongkrak," kata dia.
"Baru kemudian menekan impor sehingga produk petani lokal bisa masuk. Kalau produknya kualitasnya sama dengan produk impor, otomatis petani lokal akan kembali jadi tuan rumah di negerinya sendiri," pungkas Sumanto.
(hns/hns)