Harga emas diprediksi akan mengalami kenaikan karena merebaknya varian baru COVID-19 Omicron di berbagai negara. Di Indonesia saja, hari ini sudah mengumumkan kasus pertama varian baru ini.
Kondisi ini disebut mempengaruhi pergerakan harga emas dunia. Tapi tak cuma penyebaran Omicron saja, harga emas juga terkerek dengan sentimen lain seperti rencana tapering dari bank sentral Amerika Serikat (AS).
Omicron memang menyumbang sentimen untuk harga emas. Karena penyebaran yang cepat membuat pasar mengalami kepanikan dan menjadi tempat parkir aset baru yang lebih aman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengungkapkan, dengan kondisi naiknya harga emas ini, sebaiknya masyarakat yang memiliki emas menahan untuk tidak menjual. Hal ini karena investasi di emas atau logam mulia seharusnya memang dalam kondisi jangka panjang.
"Untuk yang beli emas harus berani investasi 5-10 tahun, kalau sebentar-sebentar itu akan rugi. Apalagi dengan sentimen-sentimen yang terjadi," kata dia saat dihubungi detikcom, Kamis (16/12/2021).
Ibrahim mengungkapkan, saat ini harga emas sudah berada di kisaran US$ 1.785 per ons. Kemungkinan besar bisa naik ke level US$ 1.790.
Dia menyebutkan, varian Omicron yang menyebar di banyak negara ini memang mempengaruhi harga emas. Tapi jika diproyeksikan 5 atau 10 tahun kemudian harga emas akan lebih besar dan bisa memberikan keuntungan untuk pemiliknya.
"Untuk investasi emas itu harus jangka panjang, uang dingin yang tidak digunakan untuk apa-apa. Kuncinya harus sabar dan jangka panjang," jelas dia.
(kil/dna)