Operasional Bandara YIA Jalan Terus
Di sisi lain operasional YIA terus berjalan, sehingga biaya untuk pengeluaran bandara ini tak bisa terelakkan. Besarnya biaya pengeluaran salah satunya berasal dari gaji karyawan outsourcing yang mencapai puluhan miliar.
"Di 2020 untuk karyawan outsourcing kami harus mengeluarkan biaya (untuk gaji) sebesar Rp 43,6 miliar, padahal pendapatan kami tidak sampai itu. Kemudian di 2021 untuk outsourcing mencapai Rp 36,3 miliar. Tentunya kalau lihat pendapatan dan pengeluarannya tidak sebanding. Apalagi penyusutan untuk bandara yang modalnya sebesar Rp 12 triliun, nah kira-kira BEP (bisa balik modal) nya berapa tahun kalau kondisinya seperti ini," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikatakan Pandu beban bandara YIA kian berat mengingat biaya pembangunan YIA tidak dibantu pemerintah, melainkan dari pinjaman, sehingga PT Angkasa Pura I (Persero) selaku pengelola Bandara YIA betul-betul terbebani dengan adanya investasi yang mencapai Rp 12 triliun itu.
"Apalagi dua tahun sejak beroperasinya bandara ini langsung di tengah pandemi," ucapnya.
Baca juga: Deretan Bandara Sepi di Era Jokowi |
Pandu mengatakan langkah tidak memperpanjang kontrak pegawai masih dalam tahap pembahasan oleh pihaknya. Ia pun berharap kebijakan ini bisa diterima karyawan terdampak karena niatnya agar YIA bisa tetap beroperasi.
"Sebetulnya saya sedih jika nanti keputusannya ada temen-temen kita karyawan yang sudah berkontribusi positif kepada AP I terpaksa tidak dilanjutkan. Ini bukan karena tega-tegaan. Melainkan kami tetap ingin berlangsung hidup di Kulon Progo dan bisa menjaga pelayanan prima kepada pengguna jasa. Dan perlu diketahui ini merupakan langkah-langkah korporasi, dan berlaku di seluruh bandara, tidak hanya YIA," ucapnya
(ara/ara)