Was-was! Ada 'Hantu'  Pengusik Pemulihan Ekonomi RI

Was-was! Ada 'Hantu'  Pengusik Pemulihan Ekonomi RI

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 24 Des 2021 19:00 WIB
Bank Dunia memprediksi laju pertumbuhan ekonomi RI tumbuh 4,4% di tahun 2021. Hal itu didasarkan pada peluncuran vaksin yang efektif pada kuartal pertama 2021.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Tantangan pemulihan ekonomi Indonesia nampaknya belum usai. Setidaknya ada lima masalah global yang harus diwaspadai Indonesia ke depannya.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan tantangan pertama, yakni normalisasi kebijakan moneter negara maju, seperti tapering off yang dilakukan bank sentral Amerika Seriakt (AS), The Fed.

Nah, tapering ini adalah kebijakan bank sentral dengan cara mengurangi pembelian aset seperti obligasi (surat utang). Dampaknya, aliran modal asing ke negara berkembang, seperti Indonesia akan berkurang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini harus kita upayakan di Presidensi G20 ini harus direncanakan secara baik dan terutama dikomunikasikan secara baik," katanya dalam webinar, Jumat (24/12/2021).

Masalah kedua yakni luka memar atau scaring effect pandemi terhadap korporasi dan stabilitas sistem keuangan negara maju, seperti Amerika Serikat dan China. Menurut Perry ini perlu diwaspadai dengan berbagai langkah, salah satunya pembukaan sektor usaha.

ADVERTISEMENT

"Langkah yang perlu dilakukan dengan melakukan pembukaan sektor-sektor usaha, reformasi di sektor riil, maupun berbagai langkah yang diarahkan pada penanganan sektor riil khususnya korporasi," lanjutnya.

Ketiga, meluasnya sistem pembayaran digital antarnegara dan risiko aset kripto. Keempat, semakin kuatnya tuntutan ekonomi dan keuangan hijau dari negara maju. Nah kedua masalah ini yang menjadi pekerjaan rumah (PR) juga bagi sektor perbankan.

"Ini yang harus dihadapi di negara-negara berkembang bagaimana mentransisikan proyek-proyek ekonomi hijau, ramah lingkungan, termasuk di sektor keuangan. Perbankan dan sektor keuangan tentu saja harus mempersiapkan bagaimana bisa membiayai proyek-proyek yang hijau," ucapnya.

Masalah kelima, semakin melebarnya kesenjangan, terutama di masa pandemi ini. Menurutnya di sinilah inklusi ekonomi dan keuangan menjadi penting, termasuk melalui digitalisasi.

(das/das)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads