Panca mendugag kenaikan harga telur di akhir tahun dipicu pencairan bantuan sosial pangan. Menurut dia, pencairan bantuan pangan kali ini digabung dengan bulan sebelumnya, sehingga stok yang ada di peternak terambil oleh kebutuhan bantuan pangan.
Akibatnya stok di pasaran minim dan harga menjadi naik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemicunya bansos. Karena stok untuk pasaran diambil untuk bantuan pangan. Setiap pencairan bansos pangan, harga naik sekitar Rp 1.000 hingga Rp 2.000. Tapi karena kali ini empat bulan pencairan digabung dalam satu bulan, makanya kenaikan harga jadi signifikan. Bahkan kalau menurut saya ini bisa masuk rekor MURI, harga telur termahal sepanjang sejarah di Indonesia," terang Panca.
Dia menegaskan dengan adanya kenaikan harga, pedagang di pasar atau tingkat pengecer tidak untung besar, karena penjualan menurun.
"Saya biasanya bisa menjual 1 ton telur sehari sekarang terjual 500 kilogram saja sudah bagus. Yang lain turunnya sampai 70 persen. Lebih baik harga normal, yang beli banyak kalau buat pedagang," kata dia.
Oleh karena itu, dia berharap pemerintah memberikan solusi agar program bantuan tidak dimanfaatkan oknum untuk menaikan harga telur.
"Solusinya ada di kebijakan pemerintah, bagaimana program bantuan tidak berdampak pada kenaikan harga. Karena kenaikan ini dampak dari program bantuan yang dikuasai sebagai orang untuk penyuplainya," ujar dia.
"Kalau urusan pakan memang naik dan berdampak, tapi kenaikan itu pasca harga telur naik. Makanya bukan hanya urusan pakan, tapi faktor utama lain yang harus diselesaikan," tambahnya.
(hns/hns)