Break Even Point (BEP), istilah ini kerap digunakan dalam dunia bisnis dan ekonomi. Sebab Break even point merupakan salah komponen perhitungan bisnis terpenting bagi pengusaha.
Tanpa memahami cara menghitung break even point, pebisnis terancam mengalami kerugian mendadak. Lalu apa itu break even point (BEP)?
Melansir dari situs bank OCBC NISP BEP atau break even point adalah perhitungan keuangan dasar yang menunjukkan berapa modal dibutuhkan untuk membuat sejumlah produk. Oleh sebab itulah, BEP selalu menunjukkan persamaan jumlah biaya dan harga produk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi seorang pengusaha, pemahaman tentang break even point adalah hal mutlak. Tanpa kemampuan menghitung BEP, pebisnis akan mengalami banyak masalah, mulai dari kesulitan menentukan margin laba sampai memprediksi kapan bisnisnya balik modal.
Dalam menyusun BEP, terdapat beberapa elemen yang perlu diperhatiakn. Adapun elemen-elemen break even point adalah sebagai berikut.
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Elemen pertama break even point adalah biaya tetap, atau disebut juga dengan fixed cost. Biaya tetap adalah biaya pokok yang akan selalu dikeluarkan perusahaan, bahkan saat tidak memproduksi apa-apa. Beberapa contoh biaya tetap misalnya biaya sewa gedung, biaya perawatan mesin, kendaraan, dan sebagainya.
2. Biaya Variabel (Variable Cost)
Elemen berikutnya break even point adalah biaya variabel. Kebalikan dari biaya tetap, nominal variable cost mengikuti jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan. Beberapa hal termasuk ke dalam variable cost adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, peralatan sekali pakai, dan sebagainya.
3. Biaya Campuran (Mixed Cost)
Biaya campuran atau mixed cost adalah kombinasi biaya tetap dan variabel. Biaya ini biasanya memiliki nominal default yang wajib dibayarkan meski tidak ada aktivitas produksi. Akan tetapi, saat produksi dilakukan, jumlahnya juga akan terus meningkat mengikuti output produksi. Contoh-contoh pengeluaran yang termasuk mixed cost misalnya tagihan listrik, tagihan air, biaya bensin kendaraan, pelumas mesin, dan sebagainya.
4. Harga Pokok Penjualan (HPP)
Setelah biaya-biaya dijumlah, akan terbentuk satu elemen BEP baru, yaitu harga pokok penjualan (HPP). Harga ini merupakan harga murni yang nominalnya sama persis dengan BEP, bahkan banyak orang menyebut keduanya sinonim. Sama dengan BEP, nilai laba di dalam harga pokok penjualan adalah 0.
5. Margin Laba
Elemen terakhir break even point adalah margin laba, sesuatu yang wajib Anda tambahkan pada harga produk begitu BEP-nya terhitung. Seperti sudah dijelaskan di atas, penentuan margin laba ada dalam kekuasaan Anda sebagai pemilik bisnis. Anda bisa menetapkan margin laba dengan nominal berapapun, sesuai harga jual produk yang Anda inginkan.
Lalu bagaimana cara menghitung BEP ini? Lanjut di halaman berikutnya.
Baca juga: Pengertian Franchise dan Alur kerjanya |
1. Per Unit
Cara menghitung break even point pertama adalah dengan menggunakan metode BEP per unit. Tolak ukur metode ini adalah nominal fixed cost, yang kemudian dibagi dengan harga per unit setelah dikurangkan variable cost. Metode BEP per unit ini cocok jika Anda ingin mengetahui kontribusi produk per unit terhadap pencapaian laba penjualan.
Rumus break even point per unit (BEP Per Unit) yaitu:
BEP Per Unit = Fixed Cost / (Harga Per Unit - Variable Cost Per Unit)
Contoh break even point per unit:
Per April 2021, operasional PT. Sinar Agung menghabiskan fixed cost sebesar Rp150 juta untuk memproduksi 100 ribu produk, dengan variable cost per unit adalah Rp60 ribu, dan harga per unit produk adalah Rp100 ribu. Maka BEP per unit-nya adalah:
BEP Per Unit =
= Rp150,000,000 / (Rp100,000 - Rp60,000)
= Rp150,000,000 / Rp40,000
= Rp3,750
Dengan demikian, BEP Per Unit PT. Sinar Agung per April 2021 adalah Rp3,750.
2. Per Penjualan
Poin kedua cara menghitung break even point adalah dengan berlandaskan pada nilai penjualan. BEP Per Penjualan adalah BEP yang dihitung berdasarkan biaya tetap dibagi selisih antara harga jual dan perbandingan variable cost dengan harga.
Berdasarkan metode ini, rumus break even point adalah:
BEP Per Penjualan = Fixed Cost / [1 - (Total Variable Cost/Harga Total)]
Contoh break even point per penjualan:
Per Januari 2021, Pak Aman berhasil mendapatkan omzet sebesar Rp100 juta, dengan pengeluaran fixed cost sebesar Rp20 juta dan variable cost sebesar Rp40 juta. Dengan demikian, BEP per penjualan Pak Aman adalah:
BEP Per Penjualan =
= Rp20,000,000 / [1 - (Rp40,000,000/Rp100,000,000)]
= Rp20,000,000 / (1 - 0.4)
= Rp20,000,000 / 0,6
= Rp33,333,333
Dengan demikian, BEP Per Penjualan Pak Aman bulan Januari 2021 adalah Rp33,3 juta.
3. Per Biaya
Metode terakhir perhitungan break even point adalah berdasarkan biaya pokok, minus margin laba atau harga jual. Cara menghitung break even point per biaya inilah yang paling sering digunakan, karena rumusnya jauh lebih mudah.
Berdasarkan biaya, rumus break even adalah sebagai berikut:
CV. Sejahtera Tani di bulan Maret 2021 memproduksi 500 unit pupuk, dengan fixed cost sebesar Rp15 juta dan variable cost sebesar Rp60 ribu per unit pupuk. Jika berdasarkan biaya, maka BEP CV. Sejahtera Tani adalah:
Total Variable Cost = Rp60,000 X 500 unit = Rp30,000,000
BEP Per Biaya =
= (Total Fixed Cost + Total Variable Cost) / Total Unit
= (Rp15,000,000 + Rp30,000,000) / 500
= Rp45,000,000 / 500
= Rp90,000
Dengan demikian, BEP per biaya CV. Sejahtera Tani pada Maret 2021 adalah Rp90 ribu/unit. Jika ingin profit, maka CV. Sejahtera Tani harus menetapkan harga pupuk per sak lebih tinggi dari BEP tersebut.