Airlangga Harap RCEP Beri Dukungan Terhadap Pasar Modal di 2022

Airlangga Harap RCEP Beri Dukungan Terhadap Pasar Modal di 2022

Nada Zeitalini - detikFinance
Senin, 03 Jan 2022 15:31 WIB
Airlangga Hartarto
Foto: Kemenko Perekonomian
Jakarta -

Pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik di tahun 2021 memberi dampak positif terhadap pasar modal Indonesia. Seperti diketahui pasar modal ditutup pada level 6.581 pada 30 Desember 2021.

Hal tersebut juga didukung dengan arus modal asing yang masuk ke pasar saham Indonesia senilai US$ 2,7 miliar per akhir Desember 2021 kemarin. Itu pula yang mendorong perbaikan indeks saham pada akhir periode 2021.

Atas pencapaian ini, Presiden RI Joko Widodo membuka Perdagangan Bursa Efek Indonesia, Senin, 3 Januari 2022.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita juga patut bersyukur bahwa di bursa sekarang ini ada kenaikan IHSG di 2021 dan return 10,1%. Ini sebuah angka yang lumayan tinggi dan kalau dibandingkan dengan Filipina, Malaysia dan Singapura, kita paling atas, ini juga patut kita syukuri," ujar Joko Widodo dalam keterangan tertulis, Senin (3/1/2022).

"Dan jumlah orang yang masuk ke bursa, investor pasar modal, ini juga naik sangat tinggi sekali. Tahun 2017 disampaikan Ketua OJK sebanyak 1,1 juta, dan hari ini 7,4 juta investor utama. Investor retail yang banyak dari anak-anak muda, milenial. Dan kita harapkan ini akan terus membesar dan akan memberikan dorongan kepada pertumbuhan ekonomi negara kita," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Dalam kesempatan, itu hadir pula Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Ia menyampaikan tentang salah satu perusahaan yang berhasil melakukan Initial public offering (IPO) di tahun 2021, yakni PT Bukalapak.

"Pertama, kami laporkan bahwa bursa ke depan diharapkan lebih optimis. Kemudian yang kedua, terkait dengan teknologi, kita sudah bisa me-launch IPO Bukalapak, salah satu yang terbesar di Asia, sebesar 21,9 triliun rupiah. Ini perlu dilanjutkan," kata Airlangga.

Kemudian, Airlangga juga menyampaikan bahwa Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akan dilanjutkan di tahun 2022. Adapun, program PEN di tahun 2022 akan didorong untuk front loading dan akan membantu mengamankan trajectory pemulihan ekonomi nasional.

Bersambung ke halaman berikutnya

Pada Presidensi G20, Indonesia memiliki kesempatan untuk menampilkan keberhasilan reformasi struktural di tengah pandemi, antara lain Undang-Undang Cipta Kerja dan Indonesia Investment Authority (Sovereign Wealth Fund). Di samping itu, ada pula Perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang ditargetkan selesai diratifikasi pada kuartal I tahun 2022. Ini juga menjadi hal penting di tengah guncangan ekonomi global akibat perang dagang dan pandemi COVID-19.

Ratifikasi oleh Pemerintah Indonesia menjadi syarat utama pemanfaatan Perjanjian RCEP di Indonesia. Saat ini, sudah ada 7 Negara ASEAN (Brunei, Kamboja, Laos, Thailand, Singapura, Vietnam, dan Myanmar) dan 5 Negara Mitra ASEAN (RRT, Jepang, Australia, Selandia Baru, dan Korea Selatan) yang telah merampungkan ratifikasi.

RCEP memiliki arti yang signifikan bagi ekonomi Indonesia. Sebesar 72% aliran investasi asing yang masuk ke Indonesia berasal dari negara anggota RCEP. Maka dari itu, perjanjian ini juga membuka peluang bagi Indonesia mendapatkan akses pasar tambahan dari China, Korea, dan Jepang. Produk-produk yang akan disasar yaitu sektor perkebunan, pertanian, otomotif, elektronik, kimia, makanan, minuman, mesin dan kehutanan.

"Berlakunya RCEP, perdagangan terbesar di regional terbesar, diharapkan ini memberikan dukungan terhadap pasar modal," pungkas Airlangga.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, serta Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Listyo Sigit Prabowo.


Hide Ads