Aksi unjuk rasa telah berkecamuk di beberapa kota di Kazakhstan sejak 2 Januari menyusul meroketnya harga bahan bakar di bekas Uni Soviet itu.
Video yang dibagikan secara luas di media sosial menunjukkan ribuan orang turun ke jalan. Pasukan keamanan telah berjuang untuk memadamkan kerumunan yang mulai menyerbu kantor-kantor publik dan membakar gedung-gedung. Demikian disadur dari France 24, Kamis (6/1/2022).
Orang-orang pada 2 Januari mulai memprotes di provinsi barat Mangistau yang dikenal sebagai daerah penghasil minyak. Sekarang, pusat protes berada di Almaty, kota terbesar di Kazakhstan, tempat orang-orang berkumpul selama tiga hari berturut-turut.
Apa yang dimulai sebagai aksi damai berubah ketika pengunjuk rasa berhadapan dengan pasukan keamanan. Polisi berusaha mengendalikan massa dengan gas air mata, granat kejut, dan blokade. Tetapi pasukan keamanan sebagian besar gagal menahan gelombang protes.
Pada 5 Januari, ratusan orang di Almaty menyerbu gedung-gedung pemerintah, membakar gedung administrasi utama. Kantor kejaksaan di Almaty juga dibakar. Para pengunjuk rasa juga menyerbu gedung-gedung pemerintah di kota-kota Aktobe, Shymkent, dan Taraz.
Pada awal Januari, pemerintah mencabut kontrol harga LPG untuk menderegulasi harga dan menguntungkan produsen. Langkah ini menyebabkan harga LPG naik lebih dari dua kali lipat untuk Kazakhstan, banyak di antaranya bergantung pada LPG karena biayanya yang rendah.
Baca juga: Ada Apa Sih di Kazakhstan, Kok Bisa Rusuh? |
Pada 5 Januari, Presiden Kassym-Jomart Tokayev memerintahkan penetapan kembali batas harga serta peraturan pengendalian harga lainnya untuk jenis bahan bakar lain dan barang-barang penting secara sosial.
Meskipun harga minyak memicu protes awal, mereka mewakili frustrasi yang lebih mengakar dan mendasar di antara orang-orang Kazakhstan. Protes tersebut adalah yang terbesar yang pernah terjadi di negara itu dalam lebih dari satu dekade.
(toy/ara)