Raksasa teknologi asal Korea Selatan (Korsel), Samsung Electronics, memperkirakan akan membukukan lonjakan laba sebesar 52% selama kuartal terakhir tahun 2021, meski saat ini tengah terjadi krisis chip global.
Melansir dari BBC, Senin (10/1/2022), perusahaan pembuat chip memori terbesar di dunia itu diperkirakan dapat menghasilkan 13,8 triliun won (US$ 11,5 miliar atau setara dengan Rp 163,3 triliun bila dihitung dengan kurs Rp 14.200/dolar AS) pada kuartal tersebut.
Bila prediksi pendapatan Samsung Electronics ini memang benar terjadi, maka nilai tersebut akan menjadi laba operasi kuartal keempat tertinggi bagi perusahaan dalam empat tahun terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun peningkatan pendapatan perusahaan ini didorong oleh permintaan yang kuat untuk chip memori server dan margin keuntungan yang lebih tinggi dalam bisnis manufaktur kontrak chip. Terlebih selama krisis chip global ini berlangsung.
"Samsung berada di posisi yang tepat untuk mengambil keuntungan dari memecahkan rekor permintaan untuk PC dan elektronik," kata analis teknologi Sam Reynolds kepada BBC.
Selain itu, Sam Reynolds juga menyoroti bahwa perusahaan telah diuntungkan dari adanya fluktuasi mata uang di mana Korea Won terus terdepresiasid dan membuat ekspor Korsel menjadi lebih dilirik pasar global.
Sebagai informasi, dalam beberapa bulan terakhir, kekurangan semikonduktor global telah menyebabkan gangguan besar bagi banyak produsen. Mulai dari perusahaan pembuat mobil yang harus menangguhkan produksi hingga raksasa teknologi Apple yang terpaksa harus menunda pengiriman iPhone terbarunya.
Karena itu, tidak heran bila Samsung Electronics selaku perusahaan pembuat chip terbesar di dunia masih dapat meraih laba ditengah krisis chip global saat ini. Justru sebaliknya, perusahaan semakin diuntungkan dengan adanya krisis chip global ini karena dengan adanya krisis ini, permintaan chip terhadap perusahaan akan semakin besar.