Makanan ringan atau camilan saat ini ukurannya makin mengecil atau makin ciut. Padahal ketika pertama kali dilempar ke pasaran, camilan masih berukuran besar.
detikcom coba mengamati ukuran Momogi rasa Tutti Frutti yang beli saat ini berat bersihnya tercatat 5 gram. Harganya Rp 500 per bungkusnya, sangat terjangkau untuk anak-anak. Dari berbagai sumber, pada awal tahun 2000an berat bersih makanan ringan Momogi berada di 14 gram.
Kemudian, wafer Top varian black in white dengan berat bersih 9 gram dan harga Rp 500 per bungkus. Tapi Top varian black n white memang memiliki beberapa ukuran yaitu 9 gram dan 13 gram.
Ternyata ada alasannya lho di balik menciutnya camilan ini.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menjelaskan menciutnya ukuran produk terjadi karena produsen berupaya untuk menyesuaikan dengan masyarakat.
Hal ini karena daya beli masyarakat yang berubah bahkan lebih rendah. Nah daya beli masyarakat adalah kemampuan masyarakat atau konsumen untuk membeli barang yang dibutuhkan. Termasuk kemampuan untuk membeli camilan atau makanan ringan yang ada sekarang.
"Ukurannya memang beda, kalau dulu misalnya sekian gram. Sekarang dikurangi beberapa gram. Sekali lagi memang karena menyesuaikan kondisi daya beli masyarakat," ujar Piter kepada detikcom, Jumat (21/1/2022).
Selain itu menciutnya ukuran camilan ini sebagai strategi perusahaan yang dinamakan downsizing.
Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan jika memang banyak produsen yang berupaya menyesuaikan daya beli.
Menurut Bhima strategi downsizing ini makin marak dilakukan karena kondisi ekonomi sedang lesu. Lalu cara mempertahankan marketshare ini adalah dengan mengecilkan ukuran produk dan harga tidak dinaikkan.
"Inflasi juga menjadi salah satu faktor utama, terutama inflasi dari sisi penawaran. Harga bahan baku seperti minyak goreng atau gandum naik maka efeknya juga ke biaya produksi," jelas Bhima.
Belum lagi ditambah dengan biaya transportasi yang makin mahal, ini menjadi faktor krusial untuk mengecilkan ukuran produk. "Tahun 2022 inflasi diperkirakan menembus 4% lebih dan ini juga menjadi pertimbangan produsen makanan ringan untuk mengeluarkan varian produk yang lebih kecil," jelasnya.
(kil/eds)