Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional, Wempi Saputra menjelaskan Indonesia ingin ada kolaborasi yang lebih kuat. Sebab, penanganan pandemi saat ini masih dipertanyakan.
"Vaksinasi di Afrika masih kurang dari 10%, risiko penyebaran ke global masih tetap tinggi. Makanya di dalam G20 itu dibahas namanya program percepatan vaksinasi di Afrika," kata dia saat menggelar diskusi dengan wartawan di Jakarta Pusat, Jumat (28/1/2022).
Padahal, lanjut dia, produksi vaksin di dunia saat ini bisa mengakselerasi vaksinasi sebanyak 80% penduduk dunia. Sayangnya tidak semua negara memiliki akses dan kesempatan yang sama.
"Yang jadi masalah (vaksin) nggak semuanya terkonsentrasi ke semua negara kan? Hanya di negara maju saja. Jepang mungkin sudah kelebihan, Australia, Kanada, AS sudah kelebihan. Tapi begitu ngomongin Afrika, nggak dapat," tuturnya.
Bahkan kalaupun Afrika menerima vaksin, keberadaan dokter untuk melakukan vaksinasi, peralatan untuk mendistribusikan vaksinnya masih dipertanyakan.
Oleh karena itu keberadaan G20 diharapkan dapat membantu memecahkan masalah di Afrika. Tujuannya agar akselerasi vaksinasi di sana bisa dipercepat. Itu dapat dilakukan melalui inisiatif access to provide to accelerator.
"Ini adalah modalitas untuk membantu percepatan vaksin di negara-negara miskin khususnya, karena negara miskin di Afrika dia juga jalan-jalan ke luar negeri, karena mungkin badannya sehat, kuat, santai saja dia kena COVID. Begitu menularkan ke orang lain meninggal orangnya. Risiko ini dibahas (dalam Presidensi G20)," tambah Wempi.
(toy/ara)