Sementara itu, Joko Setiyanto, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia, juga mengaku stok minyak goreng Rp 14 ribu per liter masih susah didapatkan. Hingga kini, Joko menambahkan, pedagang pasar hanya mendapat pasokan minyak goreng seharga Rp 18.000 per liter, sementara pemerintah mematok harga minyak goreng lebih rendah.
"Kalau pedagang waktu kulakan aja kemarin udah di atas 18.000 an barangnya belum habis. Sekarang udah turun lagi, Untuk 14.000 aja nggak bisa," jelas Joko kepada detikcom.
Joko pun mengeluh minyak goreng di pasar jadi tidak laku, karena memang harganya belum sama dengan yang ada di ritel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terus pedagang-pedagang aja masih punya barang kemarin ndak laku, karena turun kemarin. Yang punya pedagang nggak laku. Semua pergi ke toko ritel, pasar modern kan," ujar Joko.
Pedagang Pusing
Kini pedagang sembako pun pusing karena kebijakan minyak goreng satu harga ini. Mereka bingung karena kesulitan menjual minyak goreng stok lama dengan harga beli sesuai pasar. Namun, bila memaksakan menjual Rp 14 ribu per liter sesuai anjuran pemerintah ujungnya malah merugi.
"Karena kita kan nyetok, kemudian kebijakan satu harga itu diketok. Nah ini gimana stok kita yang lama yang harganya kita beli tinggi? Masak mau dijual rugi," ungkap salah satu pedagang sembako di Pasar Kramat Jati yang tak ingin disebutkan namanya, saat dihubungi detikcom, Jumat (28/1/2022).
Di sisi lain, pedagang itu sudah mencoba memesan stok baru minyak goreng dengan harga yang sesuai dengan harga jual Rp 14 ribu per liter. Tapi menurutnya minyak goreng murah itu justru tak ada stoknya.
"Sudah ada yang menawarkan ke kita harga distributor untuk dijual Rp 14 ribu, tapi barangnya nggak ada terus. Saya coba pesan kemarin, nggak ada, nggak dikirim-kirimin nih," katanya.
"Ini malah kayak harganya aja ada barangnya nggak ada," lanjutnya.