Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China berdampak pada penyelenggaraan Olimpiade Beijing yang dilaksanakan bulan depan. Hal ini turut berdampak kepada para sponsor olimpiade.
Puncak boikot penyelenggaraan olimpiade sebetulnya sudah terjadi bulan lalu ketika AS mengeluarkan pernyataan telah terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di wilayah Xianjiang, China.
Sponsor olimpiade seperti Coca-Cola (KO), Intel (INTC), Visa (V) dan Airbnb mendapatkan tekanan. Perusahaan-perusahaan tersebut diminta memutuskan hubungan dengan olimpiade karena kasus HAM yang terjadi di Xianjiang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atas kasus ini perusahaan memiliki pilihan yang berat. Jika mereka memutuskan menarik sponsor kembali, maka berpotensi merusak prospek mereka di pasar China yang luas.
Wakil Presiden dan Analis Utama Forrester (FORR) Bidang Strategi Merek Dipanjan Chatterjee menggambarkan olimpiade yang akan datang seperti 'Olimpiade yang terbalik'.
"Ini adalah tahun yang sangat, sangat tidak biasa. Biasanya pada saat ini semua mereka sangat bersemangat karena Olimpiade sudah dekat. Namun sebaliknya, apa yang Anda temukan adalah bahwa mereka telah mundur," kata Chatterjee melansir CNN, Senin (31/01/2022).
Sementara itu, Mark DiMassimo, Pendiri dan Kepala Kreatif DiGo, sebuah biro iklan di New York, mengatakan sponsor tampaknya meremehkan keterlibatan mereka, setidaknya menjelang Olimpiade.
"Anda tidak melihat promosi khas dari iklan Olimpiade mereka sebelumnya. Anda biasanya melihatnya saat ini, dan kami tidak," katanya.
Lanjut ke halaman berikutnya.