Kesepakatan Harga Gas Tangguh Masih Terlalu Murah

Kesepakatan Harga Gas Tangguh Masih Terlalu Murah

- detikFinance
Jumat, 12 Mei 2006 10:14 WIB
Jakarta - Pemerintah harus kembali melakukan negosiasi ulang harga gas dari Lapangan Tangguh, Papua dengan pihak Cina. Hasil negosiasi ulang yang hanya naik sekitar US$ 2 per mmbtu dinilai masih merugikan Indonesia."Harga itu masih terlalu murah. Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro harus kembali melakukan negosiasi ulang, karena itu adalah kesalahan dia sehingga harga gas Tangguh dulu itu dijual murah," kata Anggota Komisi VII Tjatur Sapto Edy ketika bertandang ke kantor detikcom, Kamis (13/5/2006).Seharusnya hasil negosiasi pemerintah dengan pihak Cina harga gas Tangguh bisa mencapai mendekati harga pasar. "Harga gas saat ini sudah mencapai US$ 11 per mmbtu, seharusnya harganya bisa mendekati itu bukan hanya naik US$ 2 dolar saja," katanya.Selain itu, dalam kontrak penjualan harus ada perjanjian yang menyatakan harga gas harus mengikuti harga pasar internasional. "Mana ada harga gas itu selalu flat. Dia harus mengikuti harga pasar dan pemerintah harus berani melakukannya," ujarnya.Indonesia dan China National Offshore Oil Corp (CNOOC) akhirnya merampungkan negosiasi harga jual gas Tangguh. Harga gas yang dijual ke daerah Fujian, Cina itu ditetapkan lebih tinggi US$ 2 per mmbtu untuk free on board (FOB) dari harga gas domestik.Sedangkan harga landing price bedanya US$ 4 per mmbtu, karena ada penambahan biaya transportasi dan regasifikasi dari Lapangan Tangguh, Papua.Harga gas dalam negeri saat ini berkisar sebesar US$ 3,7 per mmbtu, sehingga jika kenaikannya sekitar US$ 2 per mmbtu dari harga domestik, berarti harga gas yang dijual ke CNOOC sekitar US$ 5,7 per mmbtu. Harga itu masih jauh dari harga pasar internasional yang mencapai US$ 11 per mmbtu.Sebelumnya, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengklaim, Indonesia mendapat keuntungan dari negosiasi ini. Pertama, harga jual ke Cina lebih tinggi dibanding harga domestik. Kedua, kontrak yang sebesar 2,7 juta ton per tahun, jika sendainya Fujian belumbisa menerima seluruhnya maka pihak Fujian akan men-divert ke tempat lain di Cina seperti Shanghai."Dengan itu kita mendapat tambahan harga premium," ujar Purnomo.Keuntungan ketiga, Indonesia mendapat kredit lain yang lebih besar, misalnya bisa menjual dengan L/C dan toleransi L/C menjadi lebih besar. "Sehingga security of guarantee dari pemerintah Cina lebih baik," kata Purnomo.Sebelumnya harga jual gas Tangguh ke Fujian ketika ditandatangani kontrak sebesar US$ 2,4 per mmbtu untuk free on board. Indonesia berdasarkan kesepakatan dengan CNOOC pada Juli 2004 akan menjual LNG ke Fujian China dengan didasarkan pada harga minyak dunia. Dengan batas atas US$ 25 per barel dan batas bawah US$ 23 per barel untuk jangka waktu 15 tahun.Namun pemerintah meminta dilakukan revisi harga gas, karena dalam dua tahun terakhir harga minyak terus meroket yang kini di level US$ 70-an per barel.Ekspor gas ke Fujian sebesar 2,7 juta ton per tahun akan dimulai padatahun 2008 selama jangka waktu 15 tahun. (ir/)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads