Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mulai sehat seiring dengan pulihnya ekonomi. Hal ini terjadi setelah APBN dipaksa bekerja luar biasa keras selama pandemi COVID-19.
"Kondisi saat ini menggambarkan APBN kita walau kerja ekstrem keras, kini mulai menyehatkan," kata Sri Mulyani dalam acara BRI Microfinance Outlook 2022, Kamis (10/2/2022).
Berdasarkan paparannya, realisasi sementara belanja negara 2021 mencapai Rp 2.786,8 Triliun (101,3% dari pagu). Sementara realisasi sementara Program PEN 2021 sebesar Rp 658,6 Triliun (88,4% dari Pagu Rp 744,77 triliun), lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp 575,8 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendapatan negara juga tumbuh sebesar 21,6%, terutama ditunjang oleh penerimaan perpajakan yang tumbuh 19,2% (yoy) atau mencapai 103,9% dari target APBN. Capaian ini kembali pada level pra-pandemi pada 2019.
"Saya boleh pamer sedikit penerimaan negara di atas 100 %, ini karena kita bersama memulihkan karena ekonomi baik bahkan saat belanja negara kita karena Pak Menko (Airlangga) itu selalu ada ide pemulihan ekonomi, meski ada konsekuensi biaya," terang Sri Mulyani.
Saat yang sama, pemerintah juga melakukan penyertaan modal negara (PMN) kepada BUMN agar bisa bertahan dan melanjutkan aksi perusahaan ketika menghadapi pandemi COVID-19. "Pengeluaran untuk PMN kita tingkatkan di 2021 untuk BUMN yang lakukan fungsi pembangunan yang neracanya dalam tekanan," imbuhnya.
Dengan pemulihan yang terus berlanjut, Sri Mulyani optimistis defisit anggaran pada 2022 akan lebih rendah dari yang tertera di APBN, yaitu 4,85% dari PDB. Dampaknya, hal tersebut tentu bisa mengurangi jumlah penarikan utang baru.
"APBN memberikan dukungan luar biasa kepada ekonomi Indonesia. 2022 kita harap terus membaik," pungkasnya.
(aid/das)