Taipan Hary Tanoesoedibjo banting setir bisnis maskapainya jadi perusahaan tambang batu bara. Lesunya bisnis penerbangan dinilai jadi alasan utama Hary Tanoe banting setir.
Hary Tanoe sendiri menyatakan bisnis penerbangannya itu sudah rugi sejak 2008 dan pandemi COVID-19 hanya menambah buruk kerugian perusahaannya. Akhirnya dia menyerah dan memutar haluan usaha maskapainya itu ke bisnis tambang batu bara.
Pengamat penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Atista Atmadjati mengatakan sebetulnya masih ada harapan untuk mempertahankan maskapai dunia penerbangan Indonesia yang sedang lesu-lesunya. Banyak strategi yang bisa dilakukan, misalnya saja mengubah pesawat penumpang jadi pesawat pengiriman kargo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya bisa saja dilakukan banyak strategi. Kalau saya lihat ada Trigana Air yang semua pesawatnya di-convert jadi pesawat kargo. Kan ada izin Permenhub-nya yang bolehkan Kenapa tidak," ungkap Arista kepada detikcom, Minggu (13/2/2022).
Arista juga menyatakan dunia penerbangan nampaknya berangsur kembali pulih saat ini. Pasalnya, saat Hary Tanoe banting setir ke bisnis batu bara, sederet maskapai baru justru membuka layanan penerbangan reguler. Hal itu menjadi bukti bahwa industri penerbangan mulai bergeliat.
"Penerbangan reguler pun ada 3 maskapai baru yang masuk kan. Air Space Jet, Trans Nusa, dan coming soon Pelita Air. Ini bukti kalau pasar bakal crowded ya," kata Arista.
Meski begitu, Arista menilai langkah Hary Tanoe mengalihkan bisnisnya tak buruk-buruk amat. Langkah ini menurut Arista adalah salah satu bentuk kepiawaian intuisi bisnis Hary Tanoe yang tajam.
Indonesia Air Transport memang menurutnya tak banyak berkembang selama ini. Daripada dibiarkan begitu saja memang lebih baik banting setir mencari bisnis yang profitnya lebih besar.
"Cuma kalau saya lihat juga, maskapai HT itu memang tidak berkembang ya, itu pilihan dia lah mana yang segera bisnis profit," ungkap Arista.
Seperti diketahui, Indonesia Air Transport berubah nama jadi MNC Energy Investment. Seiring dengan itu perusahaan yang tadinya fokus ke industri penerbangan banting setir ke bisnis investasi pertambangan. Mereka mengakuisisi 99,33% saham PT Bhakti Coal Resources (BCR) yang merupakan perusahaan batu bara dari PT MNC Investama Tbk (BHIT).
BCR merupakan perusahaan induk dari sembilan perusahaan batubara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Dari sembilan perusahaan itu, sudah ada dua perusahaan yang memproduksi batu bara.
Lini bisnis penerbangan Hary Tanoe sendiri tak serta merta ditinggalkan, kini bisnis penerbangan jadi anak usaha. Tetap diupayakan beroperasi namun tidak dibesarkan.
(hal/dna)