Jakarta -
Digitalisasi bisnis disarankan untuk dilakukan oleh para pelaku ekonomi di Indonesia. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan digitalisasi bisnis pada usaha kecil merupakan kunci pemulihan ekonomi nasional.
"UMKM digital merupakan kunci pemulihan ekonomi nasional. Pemerintah berkomitmen mendorong digitalisasi UMKM tradisional atau luring dan memberikan kemudahan bagi UMKM yang sudah terdigitalisasi," ujar Airlangga dalam keterangan tertulis, Rabu (28/4/2021).
Perkembangan ekonomi digital semakin pesat di tengah masa pandemi ini. Pandemi juga mengubah perilaku konsumen dan peta kompetisi bisnis para pelaku usaha. Pasalnya, terjadi shifting pola konsumsi barang dan jasa dari luring (offline) ke daring (online) dengan trafik yang meningkat sekitar 15%-20%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi pelaku usaha, sebanyak 37% konsumen baru memanfaatkan ekonomi digital pasca pandemi. Selain itu, 45% pelaku usaha juga aktif melakukan penjualan melalui e-commerce selama pandemi.
Secara umum, produk domestik bruto (PDB) ekonomi digital pada 2020 mencapai US$ 44 miliar atau tumbuh 11% dari 2019. Bahkan Mckinsey Global Institute (MGI) memprediksi ekonomi digital akan mampu menyumbang sebesar US$ 130-US$ 150 miliar bagi pertumbuhan PDB Indonesia di 2025. Dalam jangka panjang, besaran kontribusinya akan dapat mencapai 3,0%.
Ekonomi sendiri belum bisa bergerak bebas sejak dihantam pandemi COVID-19. Khusus di semester kedua tahun 2021, menjadi masa yang penuh drama saat varian Delta mencapai puncaknya.
Pemerintah pada akhirnya memberlakukan kembali beberapa pembatasan untuk menekan penyebaran virus mematikan tersebut. Mulai dari pembatasan mobilisasi masyarakat keluar daerah, penerapan protokol kesehatan secara ketat, dan lain sebagainya.
Dampaknya, masyarakat dituntut untuk lebih banyak beraktivitas dan menikmati liburan di rumah, menahan diri untuk tidak bepergian terlebih dahulu.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Internet akhirnya tetap menjadi tumpuan pelbagai aktivitas di masa pandemi ini. Buntutnya dari peningkatan kebutuhan internet di rumah tangga, kompetisi penyedia layanan internet terutama fixed broadband menjadi semakin ketat.
Seperti apa kinerja penyedia jasa layanan internet di Indonesia dalam rangka mendorong digitalisasi? Menurut data Enciety Business Consult (EBC) salah satu provider internet mencatatkan kesenjangan kecepatan antara upload dan download. Hal itu dialami oleh Biznet yang selalu mengklaim bahwa kecepatan upload dan download yang diberikan pada pelanggan adalah simetris.
Di Akhir 2021, kecepatan upload dan download Biznet pada paket 75 Mbps masing-masing sebesar 23,20 Mbps dan 30,60 Mbps (selisih sekitar 7,40 Mbps). Hal tersebut sangat berbeda dengan kondisi di bulan Juni 2021 lalu, di mana kecepatan upload mencapai 34,04 Mbps dan download 34,64 Mbps (selisih sekitar 0,60 Mbps).
Di sisi lain, IndiHome justru mencatat tren selisih kecepatan upload dan download IndHome yang semakin menyempit. Jika pada bulan Juni 2021 kecepatan upload IndiHome paket 20 Mbps sebesar 3,70 Mbps dan download 18,32 Mbps (selisih sekitar 14,62 Mbps), maka pada Desember 2021, kecepatan upload-nya menjadi 7,69 Mbps dan download-nya 21,43 Mbps (selisih 13,74 Mbps).
Dengan semakin menyempitnya selisih tersebut membuat rasio upload dan download IndiHome yang 6 bulan lalu 1:5 menjadi 1:3. Tren kecepatan upload dan download IndiHome dalam 6 bulan terakhir juga makin memanjakan pelanggan diatas 10 Mbps. Sejak Juli 2021, kecepatan download IndiHome melebihi paket kecepatan yang dipilih.
Perbedaan kecepatan upload dan download yang kian melebar tidak hanya terjadi pada Biznet, tapi juga MyRepublic dan FirstMedia. Pada pelanggan FirstMedia paket 150 Mbps, rasio upload dan download di semester kedua 2021 juga semakin melebar dari yang semula 1:5 menjadi 1:10, meski kabar baiknya adalah kecepatan download-nya di bulan terakhir 2021 yang lalu diatas 150 Mbps.
Pada Juni 2021, kecepatan upload MyRepublic 13,36 Mbps dan download 29,11 Mbps pada pelanggan paket 30 Mbps. Kecepatan upload MyRepublic trennya turun hingga pada akhir tahun berada di angka 12,35 Mbps. Meski pun, download-nya cenderung naik menjadi 37,95 Mbps. Perbedaan tren tersebut membuat rasio upload dan download mengalami perubahan dari yang semula 1:2 menjadi 1:3.