Dia menghabiskan sekitar Rp 8,58 juta setiap bulan untuk makan di luar. Ia sering kali memesan makanan dari restoran lokal di aplikasi Gojek. Pengeluaran Gbenro lainnya yang lebih besar termasuk asuransi kesehatan, transportasi (ia menyewa sepeda motor) dan perjalanan.
Gbenro suka bepergian setidaknya sekali setiap bulan dan sering pergi ke Uluwatu, sebuah wilayah kecil di ujung barat daya Bali yang terkenal dengan selancarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mungkin menghabiskan jumlah uang yang sama dengan yang saya keluarkan setiap bulan jika saya tinggal di San Diego, tetapi kualitas hidup saya jauh lebih tinggi," katanya. "Saya menjalani kehidupan yang mewah."
Berikut rincian pengeluaran bulanan Gbenro (per Januari 2022):
Sewa dan utilitas Rp 14,44 juta, Makanan: Rp 8,58 juta, transportasi Rp 1,40 juta, telepon Rp 400,40 ribu, Asuransi kesehatan: Rp 1,960 juta, perjalanan Rp4,29 juta, laundry Rp 858 ribu. Total semua pengelurannya sekitar Rp 31,93 juta.
Gbenro mengatakan bagian paling menantang dalam membangun kehidupan barunya di Bali adalah berjuang melawan kesepian. "Saya pergi ke pantai setiap hari, minum kelapa dan melihat matahari terbenam yang indah, tetapi saya tinggal sendiri dan tidak punya teman di sini," jelasnya.
Begitu dia mulai mengunjungi ruang kerja bersama di Bali dan menghadiri acara networking secara langsung, Gbenro mengatakan bahwa menjadi lebih mudah untuk membangun persahabatan dekat dengan ekspatriat dan penduduk lokal lainnya. Dia percakapan dalam bahasa Indonesia, tetapi mengatakan banyak orang yang tinggal di Bali juga berbicara bahasa Inggris.
"Saya benar-benar dicintai dan disambut oleh orang Bali," katanya. "Semua orang selalu tersenyum, ada nada yang benar-benar tulus dan berpusat pada hati di sini yang tidak bisa Anda dapatkan di tempat lain."
Gbenro mengatakan dia tidak mengalami ketidaknyamanan dan diskriminasi yang sama seperti yang dia hadapi di Amerika Serikat. "Bali tidak memiliki sejarah yang sama dengan Amerika dengan rasisme dan diskriminasi menurut saya, mereka lebih menerima orang asing dan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Orang hanya melihat saya sebagai sesama manusia, bukan orang kulit hitam."
Dia juga mengimplementasikan budaya lokal dalam rutinitas sehari-harinya. Setiap pagi dia bangun pukul 8:00 dan bermeditasi sebelum menyeduh secangkir teh dan memeriksa surelnya. Meditasi telah lama menjadi bagian dari agama Hindu, yang merupakan agama populer di Bali.
"Ini keputusan terbaik yang pernah saya buat," kata Gbenro tentang pindah ke Bali.
Dia berencana untuk menghabiskan sisa hidupnya di Bali dan memiliki rumah di San Diego, Turki dan Karibia yang bisa dia kunjungi beberapa kali dalam setahun.
"Sesuatu tentang Bali membuat saya di sini. Akhirnya terasa seperti di rumah," katanya.
Saksikan juga: Potensi Besar Digital Way of Life di Jawa Timur
(zlf/zlf)