Waspada Gaes, Inflasi Gede-gedean AS Mulai Terasa di RI, Nih Buktinya!

Waspada Gaes, Inflasi Gede-gedean AS Mulai Terasa di RI, Nih Buktinya!

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 14 Feb 2022 12:57 WIB
The U.S. Capitol is seen between flags placed on the National Mall ahead of the inauguration of President-elect Joe Biden and Vice President-elect Kamala Harris, Monday, Jan. 18, 2021, in Washington.
Foto: AP/Alex Brandon
Jakarta -

Amerika Serikat (AS) mengalami inflasi tertinggi selama 40 tahun terakhir. Angka inflasi di negeri Paman Sam tercatat menanjak hingga ke level 7% pada 2021.

Ternyata orang Indonesia juga bisa kena imbas dari inflasi di AS. Hal tersebut bakal terjadi dalam waktu dekat ini, yaitu kenaikan harga tahu dan tempe.

Kementerian Perdagangan mengungkap harga tahu dan tempe akan naik beberapa bulan ke depan. Salah satu penyebabnya adalah inflasi di AS yang telah mencapai 7% mempengaruhi harga kedelai. Imbas inflasi, petani kedelai di AS mulai menaikkan harga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Inflasi di Amerika capai 7% berdampak pada kenaikan harga input produksinya. Belum lagi, ada shortage tenaga kerja, kenaikan biaya lahan, dan ketidakpastian cuaca di negara produsen yang sebabkan petani kedelai di Amerika naikkan harga," ungkap Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan, dalam konferensi pers virtual, Jumat (11/2/2022).

Di sisi lain, Indonesia saat ini mengalami ketergantungan impor kedelai, termasuk dalam memenuhi kebutuhan produk olahan kedelai yang terkenal, tempe dan tahu.

ADVERTISEMENT

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifuddin menyatakan sejauh ini 90% kebutuhan kedelai untuk produksi tempe dan tahu di tingkat perajin dipenuhi dari kedelai impor.

Saking banyaknya penggunaan kedelai impor sebagai bahan baku, maka apabila kedelai impor mahal maka harga tahu dan tempe pun ikut mahal.

"Dari 3 juta ton per tahun kebutuhan kedelai untuk tahu dan tempe, 90% itu impor. Produk lokal 300-400 ribu ton per tahun. Makanya harga kami ikuti global, jadi ya kalau dia mahal ya kami mahal," ungkap Aip kepada detikcom, Senin (14/2/2022).

Simak juga video 'Amerika Serikat Alami Inflasi Tertinggi dalam 4 Dekade':

[Gambas:Video 20detik]



AS pengekspor terbesar kedelai ke Indonesia. Cek halaman berikutnya.

AS Pengekspor Kedelai Terbesar ke RI

Nah, AS jadi salah satu negara terbesar pengekspor kedelai ke Indonesia. Dengan adanya inflasi di AS maka harga kedelai pun ikut terkerek naik dan ujungnya harga tempe dan tahu ikutan naik.

Sampai saat ini, menurut laporan Aip, kenaikan harga kedelai impor masih terus terjadi, semua bergantung pada harga kedelai global di AS dan Brasil. Yang membuat Aip dan kawan-kawannya lebih pusing lagi adalah kenaikan harga terjadi dalam hitungan hari. Setiap hari ada saja kenaikan harga, mulai dari rentang Rp 50-200 per kilogram (kg).

"Sekarang harga kedelai naik terus setiap hari oleh importir. Rata-rata naik Rp 100, kadang Rp 50, kadang Rp 200 tergantung harga kedelai global di Amerika dan Brasil," kata Aip.

Aip memaparkan harga kedelai bagi perajin saat ini berada di rentang Rp 11.000-12.000 per kg. Padahal harga kedelai pernah berada di rentang harga Rp 5.000-10.000 per kg saja. Semua tergantung letak daerah, makin jauh dari pelabuhan atau gudang maka harga kedelai bakal dipatok lebih mahal. Di Jakarta saja harga kedelai sudah menyentuh Rp 11.500 per kg.

Dengan harga kedelai semahal itu, dia mengatakan perajin meminta kenaikan sekitar Rp 500-1.000 pada harga tempe. Misalnya, pada awalnya harga tempe 500 gram di tingkat perajin harganya Rp 5.000-6.000 mungkin akan naik jadi Rp 5.500-6.500.

Sementara untuk harga tahu, yang tadinya seharga Rp 50 ribu per papan cetakan akan dinaikkan Rp 2.000-5.000. Per potongnya kemungkinan akan berkisar Rp 500-600.


Hide Ads