4. Pertumbuhan Ekonomi Jadi Lebih Lambat
Konflik antara Rusia-Ukraina juga mengancam pertumbuhan ekonomi AS.
Analisis RSM mengemukakan bahwa lonjakan harga minyak ke US$ 110 atau Rp 1,5 juta per barel akan mengurangi Produk Domestik Bruto (PDB) AS sebesar 1%.
Memang dampak terhadap inflasi yang akan terjadi tidak terlalu dramatis. Namun inflasi ini sangat signifikan, mengingat ekonomi AS belum sepenuhnya pulih semua selama Covid-19 masih ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
5. Biaya Pinjaman Semakin Tinggi
Jika nantinya inflasi melonjak di atas 10%, Federal Reserve akan berada di bawah tekanan untuk berusaha sekeras mungkin demi mengendalikan harga.
Secara tidak langsung, laju kenaikan suku bunga akan semakin cepat demi mengontrol inflasi yang terjadi.
Kenaikan suku bunga yang akan datang dari The Fed yaitu meningkatkan biaya pinjaman bagi konsumen dalam segala hal mulai dari hipotek dan pinjaman mobil hingga kartu kredit.
6. Serangan Siber Kian Marak
Presiden AS Joe Biden Selasa memperingatkan potensi Rusia yang bisa menyerang dalam konflik melalui dunia maya.
"Jika Rusia menyerang Amerika Serikat atau sekutu melalui cara asimetris, seperti serangan siber yang mengganggu terhadap perusahaan kami atau infrastruktur penting, kami siap untuk merespons," kata Biden.
Peretasan Colonial Pipeline tahun lalu menunjukkan betapa mengganggunya serangan siber di dunia nyata. Intrusi dunia maya menutup salah satu saluran pipa terpenting di Amerika, memicu kepanikan yang membuat banyak pompa bensin di Tenggara kosong.
Serangan siber hanyalah salah satu contoh bagaimana situasi Rusia-Ukraina dapat meluas ke kehidupan sehari-hari.
Simak Video "Rusia Bantah Serang RS Anak di Ukraina, Siap Beri Bukti"
[Gambas:Video 20detik]
(das/das)