Bali sebagai salah satu wilayah di Indonesia memiliki daya tarik tersendiri. Wilayahnya yang indah serta keramahan masyarakatnya membuat banyak orang jatuh cinta.
Tak heran, banyak orang bahkan dari luar negeri ingin tinggal di Pulau Dewata tersebut. Hal itu sebagaimana kisah pengusaha Olumide Gbenro yang rela meninggalkan Amerika Serikat demi tinggal di Bali.
Gbenro dibesarkan di Nigeria sampai ia berusia enam tahun. Setelah itu, ia pindah ke London, Inggris, ketika orang tuanya yang seorang menteri memutuskan untuk pindah.
Tujuh tahun kemudian, Gbenro diberikan visa untuk berimigrasi ke Amerika Serikat. Ia bersama orang tua dan dua saudara kandungnya pindah ke Columbus, Ohio.
"Menjadi orang kulit berwarna, saya merasa bahwa ada saat-saat tertentu dalam hidup saya di mana saya tidak merasa dihargai sebagai manusia. Saya selalu merasa ditinggalkan," katanya, melansir CNBC, seperti ditulis Sabtu (18/02/2022).
Gbenro menginginkan kehidupan yang berwarna yakni kehidupan yang dipenuhi dengan perjalanan, seni, dan kesempatan untuk bertemu orang-orang dari seluruh penjuru dunia. Tetapi orang tuanya ingin agar dia menjadi dokter, pengacara atau insinyur.
Akhirnya, pada 2016, ia menyelesaikan gelar master ganda dalam bidang epidemiologi dan ilmu perilaku di San Diego State University. Dia menemukan dirinya terjebak di antara dua jalan, antara pergi ke sekolah kedokteran dan menjadi dokter atau berkeliling dunia.
"Sepanjang hidup saya, saya hanya mengikuti aturan, apakah itu dari orang tua, agama, atau masyarakat di sekitar saya. Tetapi jauh di lubuk hati saya tahu bahwa jika saya mengambil posisi dalam program PhD, saya tidak akan pernah bisa kembali, saya tidak akan pernah bisa bepergian ke luar negeri. Saya akan terjebak di laboratorium, jadi saya memutuskan untuk mengatakan 'tidak," tegas Gbenro.
Gbenro mengemasi semua barang-barangnya dan meninggalkan Amerika Serikat untuk berkeliling dunia. Pemberhentian pertama Gbenro adalah Berlin, Jerman. Dia menghabiskan tiga bulan di sana dengan visa turis.
Ketika Gbenro meninggalkan Amerika Serikat, dia hampir tidak memiliki tabungan dan tidak memiliki rencana apapun. Dia dengan cepat mengembangkan Instagram-nya dengan memposting tips perjalanan, video dance, dan konten lainnya.
Gbenro memutuskan untuk memonetisasi hobinya. Dia mengirim pesan kepada pebisnis lain di Instagram dan menawarkan untuk membantu mereka meningkatkan strategi media sosial mereka dengan bayaran rata-rata US$ 250 atau setara Rp 3,57 juta (kurs Rp 14.300).
(acd/eds)