Lutfi memaparkan, harga kedelai tergantung oleh pasar internasional. Dia mengatakan, pada tahun 2021 Indonesia mengimpor hampir 2,5 juta ton kedelai. Sementara, produksi dalam negeri tak lebih dari 300 ribu ton.
Pasar internasional sendiri mengalami beberapa kejadian. Sebutnya, pertama, terkait harga rantai pasok yang mengalami kenaikan.
"Memang harga supercycle ini tinggi sekali disebabkan misalnya urea itu sudah naik 223% di pasar internasional dalam 15 bulan terakhir," kata Lutfi seperti dikutip dari Instagram Menteri BUMN Erick Thohir, Selasa (22/2/2022).
Kedua, kata Lutfi, karena kedelai diborong oleh China untuk peternakan babi. Ia pun menjawab keraguan terkait hal tersebut.
"Saya sudah utarakan kemarin bahwa China itu membeli 60% hasil daripada kacang kedelai dunia. Orang mengatakan, 'Itu bukan dipakai buat ternak babinya'. Iya bener pakai bungkilnya, tapi kan nggak bisa beli hanya bungkilnya aja. Itu membeli lebih dari 100 juta ton daripada hasil dunia ini dibeli oleh China untuk kebutuhan di dalam negerinya. Jadi kalau Chinanya naik belinya harganya juga naik," paparnya.
Terakhir, ketegangan antara Rusia dan Ukraina juga berkontribusi terhadap kenaikan kedelai. Dia mengatakan, ketegangan itu mengerek harga terigu yang kemudian berimbas pada kedelai. "Terigu itu bersamaan juga kedelai," terangnya.
(acd/eds)