Perajin tahu, Dadang mengatakan perajin tahu berbeda dengan perajin tempe. Perajin tahu menentukan harga berdasarkan persatuan tahu pasar wilayahnya. Sementara perajin tempe bisa ditentukan secara perorangan.
"Tahu mah harus kompak, beda sama tempe. Tempe mah perorangan," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dadang mengaku belum mendapat kabar apapun dari persatuan tahu mengenai naik atau tidaknya harga tahu.
Keempat, harga kedelai naik lagi. Pembantu Umum Koperasi Serba Usaha (KSU) Timbul Jaya, Casmudi mengatakan harga kedelai naik Rp 100 per kilogram per hari ini.
Kenaikan itu membuat harga yang sebelumnya Rp 11.200 menjadi Rp 11.300.
"Per hari ini naik Rp 100. Abis mogok bukannya turun malah naik," katanya.
Diprediksi puncak kenaikan kedelai terjadi pada Mei. Saat itu harga kedelai menjadi Rp 15 ribu kilogram.
Kelima, kedelai yang terus naik mengancam keberlangsungan perajin tempe.
Perajin tempe, Dev Heryanto memaparkan harga kedelai terus naik per kilogramnya, dari Rp 9.000 menyentuh angka Rp 11 ribu dan diprediksi pada puncaknya nanti, Mei 2022, akan mencapai Rp 15 ribu.
"Ini kalau misalnya dari Rp 11 ribu menjadi Rp 15 ribu perajin bisa gulung tikar," tegasnya.
Hal itu bisa terjadi karena tempe sudah tidak mungkin lagi ukurannya dikecilkan, sementara bila harga dinaikan, konsumen akan memilih belanja makanan lain.
"Mungkin dinaikan Rp 1.000, dari Rp 8.000 jadi Rp 9.000, dari 9.000 jadi Rp 10 ribu. Nah, beli tempe Rp 10 ribu mending orang milih opsi lain, telur misalnya. Ini yang bisa bikin (perajin tempe) gulung tikar," jelas Dev.
Posisi perajin tempe saat ini disebutnya bagai makan buah simalakama. Apabila jual tempe murah akan rugi, sementara jual mahal, banyak saingan, akan ditinggalkan konsumen.
Bahkan, tidak perlu harga kedelai sampai Rp 15 ribu per kilogram, harga Rp 14 ribu saja membuat para perajin tempe kolaps.
Simak Video "Video: Momen Mensos Ipul-Seskab Teddy Tinjau Sekolah Rakyat Jelang Dibuka"
[Gambas:Video 20detik]
(zlf/zlf)