Rusia sedang menjalankan operasi militernya terhadap Ukraina. Perintah atas pelaksanaan operasi militer ini diturunkan langsung oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Putin memerintahkan operasi itu untuk dilaksanakan guna membela separatis di wilayah timur negara itu. Di mana sebelumnya Putin telah mengakui kemerdekaan di kedua wilayah tersebut.
Putin beralasan penyerangan itu lantaran AS dan sekutunya mengabaikan permintaan Rusia untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan menawarkan jaminan keamanan kepada Moskow.
Dia pun dengan percaya diri mengklaim bahwa Rusia tidak bermaksud untuk menduduki Ukraina tetapi akan bergerak untuk "demiliterisasi" dan membawa mereka yang melakukan kejahatan ke keadilan.
Imbas penyerangan Rusia terhadap Ukraina tersebut, sejumlah negara akan segera menjatuhkan sejumlah sanksi ekonomi terhadap negara tersebut. Berikut sejumlah sanksi yang akan diterima oleh Rusia:
Sanksi Terhadap Rusia dari Negara Lain
Dilansir Al Jazeera, Amerika Serikat (AS), negara Barat, Jepang hingga Australia menjatuhkan sanksi kepada Rusia usai negara tersebut memerintahkan pasukan ke wilayah Donetsk dan Luhansk. Bahkan jika Moskow tetap bersikeras melakukan invasi habis-habisan ke Ukraina, ancaman untuk melanjutkan sanksi yang lebih berat juga disampaikan.
Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, Australia, Kanada dan Jepang mengumumkan rencana untuk menargetkan bank dan individu 'kaya' Rusia. Sementara Jerman menghentikan proyek pipa gas besar dari Rusia.
Selain sanksi, AS juga melakukan reposisi pasukan tambahannya ke negara-negara Baltik di sisi timur NATO yang berbatasan dengan Rusia pasca pasukan Rusia memasuki daerah-daerah yang separatis.
Berikut rincian sanksi Rusia yang diberikan sejumlah pihak:
Sanksi dari Uni Eropa ke Rusia
Sebelumnya pada Selasa (22/2) dengan suara bulat Uni Eropa mengumumkan sanksi awal kepada 351 politisi Rusia yang mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk di Ukraina Timur, serta 27 pejabat dan lembaga Rusia lainnya dari sektor pertahanan dan perbankan.
Uni Eropa juga berusaha membatasi akses Moskow ke pasar modal dan keuangan negara-negara Uni Eropa.
Sanksi dari Amerika Serikat ke Rusia
Presiden Joe Biden mengumumkan sanksi 'tahap pertama' bagi Rusia. Biden menandatangani perintah eksekutif pada Senin (21/2) di mana setiap lembaga di sektor jasa keuangan Rusia menjadi target sanksi lebih lanjut.
Diketahui lebih dari 80 persen transaksi valuta asing harian Rusia dan setengah dari perdagangannya dilakukan dalam nominal dolar AS.
Washington memberikan sanksi kepada dua bank milik negara Rusia, yakni Bank pembangunan negara Vnesheconombank (VEB) dan Perusahaan Saham Gabungan Publik Promsvyazbank (PSB). Menurut Associated Press, VEB sangat krusial bagi kemampuan Rusia untuk mengumpulkan dana, sedangkan PSB sangat penting bagi sektor pertahanan Rusia.
Kedua bank itu disebut memiliki aset gabungan dengan nilai lebih dari US$ 80 miliar dan akan dilarang melakukan transaksi dalam sistem perbankan AS dan Eropa. Bank tersebut dianggap sangat dekat dengan Kremlin dan militer Rusia, di mana sanksi juga mencakup pembekuan semua aset di bawah yurisdiksi AS.
Selain itu, AS juga memberikan sanksi kepada sejumlah anggota spesifik dari kalangan 'elit' Rusia. Sanksi akan berlaku mulai Rabu (23/2) kepada "elit" Rusia dan anggota keluarga mereka, serta para pemimpin sipil dalam hierarki kepemimpinan Rusia.
Sanksi dari Inggris ke Rusia
Inggris turut mengumumkan sanksi terhadap lima bank Rusia dan tiga miliarder asal Rusia: Gennady Timchenko, Boris Rotenberg dan Igor Rotenberg.
Keluarga Rotenberg adalah pemilik bersama SGM Group, pembuat infrastruktur minyak dan gas. Sementara Timchenko adalah pemilik perusahaan investasi swasta Volga Group. Adapun lima bank yang diberikan sanksi adalah Rossiya Bank, IS Bank, General Bank, Promsvyazbank dan Black Sea Bank.
"Inggris juga akan menghentikan Rusia dari menjual utang negara di London," kata Menteri Luar Negeri Liz Truss.
"Kami siap untuk melangkah lebih jauh jika Rusia tidak mundur," katanya. "Kami akan membatasi kemampuan negara Rusia dan perusahaan Rusia untuk mengumpulkan dana di pasar kami, melarang berbagai ekspor teknologi tinggi, dan selanjutnya mengisolasi bank-bank Rusia dari ekonomi global."
(fdl/fdl)