Siap-siap! Ini Dampak Ngeri Konflik Rusia-Ukraina ke Indonesia

Siap-siap! Ini Dampak Ngeri Konflik Rusia-Ukraina ke Indonesia

Aldiansyah Nurrahman - detikFinance
Kamis, 24 Feb 2022 16:11 WIB
Rusia Lancarkan Operasi Militer di Ukraina, PBB Gelar Pertemuan Darurat
Foto: DW (News)
Jakarta -

Konflik Rusia-Ukraina semakin memanas. Rentetan ledakan dilaporkan terdengar di Kiev, ibu kota Ukraina dan beberapa kota di dekat garis depan Ukraina timur dan di sepanjang pantai negara itu. Ketegangan dua negara tersebut diprediksi berpengaruh terhadap ekonomi di Indonesia.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengungkapkan harga komiditas yang cukup siginifikan khususnya komuditas minyak mentah harganya hampir menyentuh US$ 100 per barel hari ini, Kamis (24/02/2022).

"Hal ini berarti bisa berdampak penyesuaian harga BBM, listrik, LPG dalam waktu dekat. Selain itu, juga akan membengkakkan belanja subsidi energi pemerintah," ujarnya, kepada detikcom.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, lanjut Bhima, transmisi terhadap kenaikan harga komoditas energi bisa berdampak ke harga pangan, karena biaya logistik juga akan naik dan pangan ini akan memicu terjadinya inflasi yang lebih tinggi sepanjang 2022 di Indonesia.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, Bhima menyarankan, untuk komoditas minyak yang mengalami kenaikan, diharapkan pemerintah menambah alokasi subsidi energi dan juga mencegah agar Pertamina tidak buru-buru menaikkan Pertamax dan Pertalitenya setidaknya sampai semester I atau setelah lebaran 2022.

ADVERTISEMENT

Kemudian selain subsidi yang ditambah, pemerintah harus mengantisipasi dengan menambah stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional, salah satunya stimulus untuk bantuan sosial.

Bantuan sembako itu harus terus dilanjutkan agar menjadi bantalan dari naiknya harga minyak yang semakin liar," tambah Bhima.

Solusi berikutnya, yakni menunjuk Bulog untuk segera melanjutkan stabilisasi harga dengan meningkatkan pasokan kebutuhan pangan yang sekarang mendesak, yakni kedelai. Apabila Bulog kemudian membutuhkan suplai anggaran untuk pengadaan gudang yang baru, itu pun menurut Bhima, harus diambil dari stimulus.

Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengatakan dampak ekonomi dari ketegangan Rusia-Ukraina tergantung eskalasi dari konflik ini.

"Kalau masih yang seperti yang kemarin, cuma ketegangan saja, dampaknya mungkin tidak akan banyak dirasakan," jelasnya.

Meski begitu, diakuinya ketegangan itu memang menyebabkan harga komoditas tetap tinggi, tetapi Indonesia sekarang posisinya sudah tinggi. Jadi, dampaknya tidak terasa lagi.

"Kecuali kalau sebelumnya rendah terus naik tinggi, jadi tinggi itu terasa sama kita, terasa benar. Harga minyak sudah tinggi, harga batu bara sudah tinggi, harga CPO (Crude Palm Oil) sudah tinggi, dengan ketegangan ini dia tetap tinggi," ujarnya.

Namun, bila benar-benar terjadi peperangan, eskalasinya juga naik yang jadi masalah harganya tidak cuma tinggi tapi permintaan bisa jadi turun. Karena dengan adanya konflik maka akan mengganggu rantai pasok.


Hide Ads