Dampak Ngeri Rusia Serang Ukraina: Harga BBM hingga Pangan Makin Mahal

Dampak Ngeri Rusia Serang Ukraina: Harga BBM hingga Pangan Makin Mahal

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 25 Feb 2022 18:00 WIB
View of a building damaged following a rocket attack the city of Kyiv, Ukraine, Friday, Feb. 25, 2022. (AP Photo/Emilio Morenatti)
Foto: AP/Emilio Morenatti
Jakarta -

Konflik Rusia dengan Ukraina semakin memanas setelah invasi yang dilakukan tentara Rusia. Dampak dari perang tersebut mengancam harga bahan bakar minyak (BBM) hingga pangan bisa menjadi lebih mahal.

Naiknya harga disebabkan karena pasokan minyak, pangan, dan beberapa produk pertanian akan terganggu. Saat baku hantam kedua negara berlangsung harga minyak pun langsung melonjak.

"Inflasi kemungkinan akan mencapai puncaknya pada tingkat yang lebih tinggi yang kami bayangkan beberapa hari lalu," kata Direktur Penelitian Makro Global di Oxford Economics, Ben May, dilansir dari CNN, Jumat (25/4/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harga minyak global telah melonjak di atas US$ 105 per barel. Angka itu mencapai level tertinggi sejak 2014. Untuk di Amerika Serikat (AS), harga minyak mendekati US$ 100 per barel.

Kenaikan harga minyak ini tentu akan mendorong harga BBM meningkat. BBM di AS, harga rata-rata satu galon gas bensin menjadi US$ 3,54, naik dari US$ 3,33 satu bulan lalu.

ADVERTISEMENT

Harga gas alam, yang digunakan untuk pemanas ruangan dan industri listrik, juga melonjak. Harga patokan di Eropa melonjak 29% menjadi US$ 127,80 per megawatt jam, menurut data dari Independent Commodity Intelligence Services.

Naiknya harga BBM juga akan berimbas ke maskapai penerbangan yang memang membutuhkan BBM. Dampaknya, harga tiket pesawat yang juga bisa naik.

Harga pangan global juga disebut sudah mendekati level tertinggi 10 tahun. Sekarang, konflik Rusia-Ukraina bisa memperburuk keadaan. Terutama di AS, inflasi negara itu telah di atas 7%.

Harga pangan yang bisa melonjak di antaranya, gandum. Sebab, Rusia adalah pengekspor gandum terbesar di dunia. Sementara Ukraina adalah pengekspor gandum dan jagung yang signifikan.

Mereka juga mengekspor minyak nabati. Selain itu, kedelai yang harganya sudah tinggi juga disebut akan lebih tinggi lagi. Pasalnya jagung dan kedelai diperdagangkan sejalan.

Sekarang pembeli kedelai hingga jagung seperti China beralih ke Eropa dan Amerika Serikat. Jika pertempuran berlarut-larut, persediaan terbatas di sana bisa menjadi lebih terbatas.




(das/das)

Hide Ads