Tarif KRL Commuter Line Jabodetabek batal naik, setidaknya wacana kenaikan ini akan ditangguhkan sampai bulan puasa hingga lebaran. Namun begitu, Kementerian Perhubungan sendiri tetap mengkaji soal kenaikan tarif KRL hanya saja masih mencari waktu yang tepat untuk melakukannya.
Juru bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati sendiri mengatakan sejauh ini angka kenaikan yang sudah beredar di publik adalah hasil survey yang sudah dilakukan oleh Kemenhub. Kemungkinan apabila nantinya tarif KRL akan naik tahun ini angkanya tidak akan jauh berbeda.
"Kalau hasil surveinya kan itu yang sudah disampaikan ke publik. Angka pastinya tentu akan ada dalam range hasil survei tersebut," ungkap Adita kepada detikcom, Senin (7/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu berapa angkanya? Dalam catatan detikcom, wacana kenaikan tarif KRL diungkap oleh Kasubdit Penataan dan Pengembangan Jaringan Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Ditjen Perkeretaapian Kemenhub Arif Anwar dalam diskusi publik virtual yang diadakan Instran, Rabu (12/1/2022) yang lalu.
Tarif yang akan naik adalah tarif dasar sejauh 25 kilometer (km) untuk tarif KRL. Bila awalnya tarif KRL untuk 25 km pertama hanya Rp 3.000, rencananya dinaikkan menjadi Rp 5.000, atau tepatnya naik Rp 2.000.
Sementara itu, untuk tarif lanjutan KRL 10 km berikutnya tetap di angka Rp 1.000. Tidak mengalami kenaikan.
"Nah ini dari hasil survei tadi ini masih ada tahap diskusi juga. Kita akan usulkan penyesuaian tarif kurang lebih Rp 2.000 pada 25 km pertama. Jadi kalau yang semula sebesar Rp 3.000 untuk 25 km ini jadi Rp 5.000," papar Arif.
Dalam bahan paparan Ditjen Perkeretaapian Kemenhub, rencana kenaikan tarif KRL diberlakukan pada 1 April 2022. Tertulis juga bahwa tarif KRL belum pernah naik sejak 2015.
Arif mengatakan angka kenaikan tarif KRL ditentukan sesuai dengan survei ability to pay-willingnes to pay (ATP/WTP) yang dilakukan oleh pihaknya. Survei itu dilakukan untuk melihat kemampuan dan keinginan membayar dari masyarakat untuk ongkos KRL Commuter Line.
Dari survei yang dilakukan pihaknya di Jabodetabek, rata ATP atau kemampuan membayar masyarakat adalah sebesar Rp 8.486 untuk ongkos KRL. Sementara WTP alias keinginan untuk membayar masyarakat pada moda Commuter Line sebesar Rp 4.625.
Survei itu dilakukan pada 6.841 orang di Jabodetabek. Mulai dari lintas Bogor, Bekasi, Serpong, hingga Tangerang.
Kembali ke Adita, dia menegaskan kenaikan tidak akan dilakukan hingga lebaran. Namun, setelah itu kemungkinan kenaikan tarif KRL tetap ada. Dia mengatakan pemerintah akan mengkaji waktu yang tepat untuk melakukan penyesuaian tiket KRL sesuai situasi dan kondisi yang terjadi di tengah masyarakat.
"Setelah itu (Lebaran) pun kami pasti akan kaji lagi waktu implementasinya," tegas Adita.
(hal/zlf)