Hermawan mengungkapkan untuk strategi pemasaran, sebuah produk harus memegang prinsip digital, humanity, dan strategy.
"Jadi marketing is digital, anyway. Only humanity differentiates you from other marketeers, to create impact. Kemudian are you ESG-Strategic or just story telling tactical," tambah dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat bisnis dan pakar brand Yuswohady mengungkapkan jika strategi mendompleng nama besar ini memang kerap kali dilakukan di dunia marketing.
Namun untuk kasus Paris Fashion Show vs Paris Fashion Week ini bisa jadi pembohongan publik. "Mungkin mereka pikir orang nggak tahu, ini jadi ada unsur pengelabuan publik. Nggak akan ketahuan kalau nggak diungkap," jelas dia.
Menurut Yuswohadi, sebaiknya produk asal Indonesia tak lagi menggunakan strategi seperti itu dan lebih baik jujur jika memang pergi ke luar negeri dan berada dalam acara yang sebenarnya.
"Jadi lebih baik apa adanya, sampaikan kalau ada di event yang sebenarnya. Jangan potong kompas (memintas jalan) dengan tampil di luar negeri dan klaim jadi brand dunia," tambah dia.
Sebagai pebisnis dan pemilik produk sebaiknya memahami proses panjang dari merek-merek yang sudah ada lebih dulu, sehingga produk akan terlihat profesional dan memiliki etika yang baik.
(kil/ara)