Beberapa komoditas bahan pangan non-beras impor mengalami kenaikan harga akhir-akhir ini. Sebut saja kedelai yang menjadi bahan baku pokok tempe dan tahu, ataupun gandum yang menjadi bahan baku mie instan.
Bahkan untuk komoditas gandum diprediksi harganya akan kembali naik imbas perang Rusia-Ukraina. Diketahui Indonesia mengimpor gandum salah satunya dari Ukraina.
Kenaikan harga ini bisa menghebohkan masyarakat karena berkontribusi pada harga kebutuhan sehari-hari di tingkat konsumen. Fenomena ini menunjukkan bahwa ketergantungan Indonesia ke produk pangan impor cukup tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka dari itu, seharusnya Indonesia bisa lebih banyak menggunakan komoditas pangan lokal sebagai sumber karbohidrat non-beras. Salah satunya adalah sagu. Dari seluruh wilayah di Indonesia, sebenarnya ada potensi cukup besar untuk pemanfaatan sagu di Kalimantan Barat.
Koordinator Paguyuban Petani Sagu Kalbar Edy Gunawan menilai potensi sagu di wilayanya masih belum dimaksimalkan. Menurut Edy, hutan di Kalimantan Barat kaya akan sumber bahan sagu, namun produksinya masih minim. Jika merujuk kepada data Kementerian Pertanian produksi sagu masih kecil sekitar 2.768 ton per tahun.
Baca juga: Mendorong Konsumsi Pangan Lokal |
"Angka ini bisa saja bukan angka riilnya. Meski penting untuk diperbarui, produk sagu di Kalimantan Barat itu dari sisi kualitas justru jauh lebih unggul dari daerah lainnya," ujar Edy dalam keterangannya, Rabu (9/3/2022).
Dia berharap pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian memberikan perhatian khusus untuk mengembangkan potensi sagu. Selain memberikan manfaat ekonomi secara berkelanjutan, pengembangan sagu ini juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.
"Dulu sagu di Kalimantan Barat hanya puluhan ribu saja per batang. Setelah dimanfaatkan, harganya kini meningkat menjadi jutaan per batang. Artinya sagu ini memang berpotensi mendorong perekonomian rakyat. Jadi, kami mohon agar Kementerian Pertanian memberikan perhatian khusus ke kami di Kalimantan Barat ini," kata Edy.
Kementerian Pertanian sendiri dalam roadmap diversifikasi pangan 2020-2024 menyebutkan terdapat 6 komoditas pangan lokal sumber karbohidrat non-beras yang potensial menggantikan nasi. Sagu salah satunya, selain itu ada juga singkong, talas, jagung, pisang, dan kentang.
Data Kementerian Pertanian menunjukkan produksi sagu dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan. Pada 2017, misalnya, produksi sagu secara nasional mencapai 432.913 ton, selanjutnya 463.542 ton di 2018, lalu 359.838 ton di 2019, kemudian 365.665 ton di 2020, dan 381.065 ton di 2021.
(hal/zlf)