Terbongkar! Ini Biang Kerok Harga Pangan Kerap Naik Jelang Puasa

Terbongkar! Ini Biang Kerok Harga Pangan Kerap Naik Jelang Puasa

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 14 Mar 2022 18:00 WIB
Menteri Perdagangan Thomas Lembong blusukan ke Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (10/6/2016). Lembong mengecek harga pangan di pasar tersebut.
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Setiap menjelang bulan suci Ramadhan, harga pangan kerap kali melonjak. Pedagang mengungkap kenaikan ini disebabkan berbagai faktor, mulai dari tingginya permintaan dan sedikitnya stok pangan.

Pedagang membantah jika kenaikan harga pangan disengaja demi keuntungan untuk mencari 'THR'. Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri menjelaskan, pedagang pasar mencari 'THR' jelang lebaran dari tingginya permintaan, bukan sengaja menaikkan harga.

Mansuri meluruskan jika harga pangan naik, modal yang dibutuhkan pedagang juga tinggi. Bahkan stok yang disediakan juga minim, oleh sebab itu penjualan akan berkurang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pedagang nyari THR itu karena permintaan tinggi bukan dari harga. Saya luruskan, pedagang pasar itu tidak berharap adanya harga naik atau tingginya harga. Jika harga naik, uang belanjanya otomatis tinggi. Komoditas yang disajikan juga tidak banyak. Karena modal mereka sedikit," katanya kepada detikcom, Senin (14/3/2022).

"Jadi kalau harganya tinggi modalnya terbatas otomatis. Misalnya harusnya jual 1 kilo harus jual 1/2 kilo, jualnya juga susah. Komoditasnya sedikit," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Mengingat stok yang sedikit dan mahal, Mansuri mengungkap pedagang kerap kali terpaksa mengoplos dagangannya. Misalnya, saat cabai rawit merah tinggi konsumen sering kali meminta untuk dicampur dengan jenis cabai lainnya.

"Contohnya, saat cabai tinggi konsumen memaksa pedagang untuk mengoplos, jadi dicampur cabai rawit dengan cabai keriting. Cabai rawit dengan cabai hijau," ucapnya.

Pedagang ambil kesempatan naikkan harga pangan? Cek halaman berikutnya.

Ia memastikan, pedagang tidak mengambil kesempatan dengan sengaja menaikkan harga pangan di kondisi saat ini karena pedagang juga sulit menjual dagangannya. Apalagi pedagang juga tidak ingin kehilangan pelanggannya kalau harga komoditas yang dijual lebih mahal dari yang lain.

"Pedagang ini akan kehilangan pelanggan kalau harganya bermain tinggi. Karena di satu pasar banyak pedagang, pedagang itu ada 10, ada 11, itu mereka saling kompetisi. Mana harga lebih murah, mana harganya lebih tinggi.

"Kalau soal THR saya pastikan mereka (pedagang) dapat dari besarnya permintaan. Karena kalau Ramadhan permintaan lebih tinggi dari biasanya," tutupnya.

Sementara, sejumlah harga pangan saat ini memang sudah melonjak. Cabai rawit merah sudah menyentuh Rp 78.000 sampai Rp 80.000 per kilogram (kg) padahal standarnya Rp 35.000/kg.

Kemudian, harga daging sapi saat ini sudah tembus Rp 140.000/kg, normalnya di kisaran Rp 125.000-130.000/kg.

Bawang merah sudah di kisaran Rp 38.000-39.000/kg, normalnya Rp 30.000-33.000/kg. Bawang putih saat ini sudah Rp 33.000/kg, harga normal Rp 28.000/kg.

Harga ayam saat ini Rp 40.000/ekor. Harga telur saat ini Rp 25.000/kg, naik dari normal Rp 22.000-23.000/kg.


Hide Ads