Perjalanan Heboh Minyak Goreng Langka hingga Jadi Mahal

Perjalanan Heboh Minyak Goreng Langka hingga Jadi Mahal

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Minggu, 20 Mar 2022 15:30 WIB
Tips Masak untuk Menghemat Pemakaian Minyak Goreng
Foto: Getty Images/iStockphoto

Kelangkaan minyak goreng terus berlanjut. Berita mengenai antrean panjang untuk mendapat minyak goreng bermunculan di berbagai daerah.

Belakangan, Kementerian Perdagangan menuding ada yang bermain dengan minyak goreng. Oke Nurwan, menegaskan minyak goreng ada dan tergolong minyak goreng murah. Namun, ada yang mempermainkan sehingga memicu gangguan pasokan.

"Secara prinsip minyak goreng yang beredar ada, minyak goreng yang saat ini sudah dikategorikan minyak goreng murah, tapi ada yang mempermainkan," tutur Oke dalam sebuah diskusi virtual, Selasa (8/3/2022)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayangnya, dia enggan membuka siapa yang mempermainkan minyak goreng. Oke hanya mengumpamakan permasalahan minyak goreng ini dengan sistem irigasi yang tidak lancar.

Sehari setelah itu, Muhammad Lutfi mengubah kebijakannya. Ia mengumumkan kebijakan wajib pasok kebutuhan dalam negeri (DMO) minyak sawit atau crude palm oil (CPO) akan dinaikkan menjadi 30%. Artinya ada kenaikan 10% dari yang sebelumnya.

ADVERTISEMENT

"Akan ditetapkan hari ini dan berlaku besok semua yang ingin mengekspor mesti menyerahkan minyak domestic market obligation 30%," kata Lutfi dalam konferensi pers virtual, Rabu (9/3/2022).

Lutfi menjelaskan langkah itu ditetapkan karena distribusi bahan baku untuk industri minyak goreng belum normal. Juga guna memastikan semua industri minyak goreng dalam negeri bisa bekerja secara baik.

Tak lama, lagi-lagi kebijakan mengenai minyak goreng mengalami perubahan. Kementerian Perdagangan mencabut HET minyak goreng kemasan. Sehingga, harganya mengikuti mekanisme pasar. HET hanya berlaku untuk minyak goreng curah dengan harga Rp 14.000/liter atau Rp 15.500/kg.

Tak cuma itu, kebijakan DMO dan DPO dicabut. "DMO-nya itu diganti dengan mekanisme namanya pajak. Jadi kalau pajaknya gede, orang akan jualnya di dalam negeri lebih untung daripada di luar negeri," imbuhnya.

Ada fenomena yang menarik perhatian ketika HET dicabut. Perlahan, rak-rak supermarket terisi meski harganya relatif mahal.

Seperti pantauan detikcom di supermarket daerah Setiabudi belum lama ini. Terlihat stok minyak goreng kemasan premium ukuran dua liter dijual dengan kisaran harga Rp 43.900 - Rp 44.000. Namun, nihil ditemukan adanya stok minyak goreng kemasan premium ukuran satu liter.

Kemudian di supermarket daerah Bintaro, terlihat minyak goreng kemasan premium ukuran satu liter dengan harga Rp 16.000. Sementara minyak goreng premium ukuran dua liter juga tersedia, hanya saja belum dipajang, masih berada di gudang.

Lantas, kemana kah minyak goreng-minyak goreng itu selama ini? Kenapa bermunculan saat HET dicabut?


(acd/dna)

Hide Ads