Jakarta -
Aksi jual besar-besaran di pasar saham Hong Kong, telah menghapus total US$ 16,4 miliar atau setara Rp 235 triliun dari kekayaan tiga miliarder Hong Kong hanya dalam satu hari awal pekan lalu.
Tiga miliarder tersebut adalah pendiri Tencent Ma Huateng, Ketua Nongfu Spring Zhong Shanshan dan Co-chairman Country Garden Holdings Yang Huiyan.
Dilansir laman Forbes (20/3/2022), Ma Huateng (Pony Ma) telah kehilangan kekayaan sebesar US$6,1 miliar atau setara lebih dari Rp 87 triliun. Sementara Spring Zhong Shanshan kehilangan US$ 5,6 miliar atau setara Rp 80 triliun, diikuti Country Garden Yang Huiyan US$ 4,7 miliar atau setara Rp 67 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekayaan bersih mereka anjlok di tengah kekalahan pasar saham bersejarah di Hong Kong, di mana indeks acuan Hang Seng jatuh ke level terendah, setidaknya enam tahun kurang dari 20.000 poin pada Selasa lalu.
Hal tersebut terjadi karena adanya berbagai faktor. Indikasi Federal Reserve AS mengungkapkan beberapa kenaikan suku bunga tahun ini, telah menyebabkan peningkatan arus keluar modal. Sementara, prospek ekonomi China yang melemah di tengah pandemi COVID-19 ini, berdampak pada pendapatan dan pertumbuhan.
Adanya tambahan tantangan makro ekonomi dan kekhawatiran atas situasi di Ukraina, juga telah membuat para investor khawatir. Seperti diketahui, hubungan China yang lebih dekat dengan Rusia, bisa menyebabkan China banyak menerima sanksi ekonomi dari negara-negara Barat.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Menteri Luar Negeri Wang Yi secara tegas mengatakan China tidak ingin sanksi terkait Rusia, atas hubungan negara yang memburuk dengan Amerika Serikat (AS).
Komisi Sekuritas dan Bursa AS telah memberi tahu lima perusahaan China yang terdaftar di AS, akan berisiko dihapus dari emiten bursa saham karena kegagalan mereka untuk menyerahkan dokumen audit terperinci, yang mendukung laporan keuangan mereka.
Ketika hubungan antara dua ekonomi terbesar dunia memburuk, pandangan atas penyelesaian masalah audit melalui negosiasi bilateral telah menyebabkan investor membuang saham China yang terdaftar di AS.
Aksi jual pun semakin meluas di Hong Kong, karena banyak dari perusahaan yang terdaftar di dua bursa. Hang Seng Tech yang terdiri dari 30 perusahaan teknologi seperti Alibaba, NetEase dan Tencent telah anjlok 11% pada hari Senin (14/3), dan 5,2% lainnya pada hari Selasa (15/3).
Hal tersebut telah memperpanjang kerugian tahun ini menjadi lebih dari 30%.
"Dalam jangka pendek, ada banyak faktor negatif. Dan tampaknya tidak ada satu pun solusi yang jelas untuk mereka," kata Kenny Ng ahli strategi sekuritas yang berbasis di Hong Kong di Everbright Securities International.
Adanya pembatasan berkepanjangan di China pada game online, juga membuat Tencent menderita. Regulator di Beijing itu, tidak membagikan lisensi game baru sejak akhir tahun lalu.
Laporan Wall Street Journal yang diterbitkan pada Senin lalu, juga mengatakan perusahaan telah menghadapi rekor denda karena melanggar peraturan People's Bank of China (bank sentral China) seputar pencucian uang, sehingga memperlihatkan malangnya peraturan lebih lanjut ke depannya.