Putin Berencana Hadiri KTT G20, Indonesia Harus Gimana?

Putin Berencana Hadiri KTT G20, Indonesia Harus Gimana?

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 23 Mar 2022 17:04 WIB

Dengan hadirnya Putin, Indonesia sebagai tuan rumah KTT G20 di Bali justru bisa menyampaikan langsung kekhawatiran terhadap dampak perang ke ekonomi global yang bisa menjalar ke mana-mana termasuk Indonesia.

"Jadi itu yang saya pikir kita menjadikan KTT G20 ini sebagai upaya untuk kemudian mengakhiri perang dan juga untuk meredam atau menghindari dampak ekonomi yang lebih buruk lagi kalau perangnya berkepanjangan," tuturnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal yang sama juga dikatakan oleh Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira. Rencana kehadiran Putin disebut harus disambut positif karena ini merupakan kesempatan bagi Indonesia mendamaikan Rusia dengan anggota G20 seperti Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) yang membela Ukraina.

"Tugas penting bagi presiden Jokowi adalah untuk mengingatkan kepada Rusia bahwa invasi yang diciptakan membawa instabilitas terhadap perekonomian secara global. Indonesia maupun negara berkembang dan negara miskin lainnya itu terdampak cukup serius," tuturnya dihubungi terpisah.

ADVERTISEMENT

Investasi Rusia Penting Bagi Indonesia

Rencana kehadiran Putin kemungkinan karena memandang Indonesia objektif dan tidak berpihak ke siapapun. Kesempatan ini dianggap sangat baik karena investasi Rusia penting bagi keberlanjutan Indonesia khususnya di sektor migas, terlebih ada kerja sama investasi antara Rusia dan Indonesia dalam pembangunan kilang di Tuban, Jawa Timur dan Blok Natuna.

"Ada proyek Tuban yang merupakan investasi bersama antara BUMN dengan perusahaan Rusia. Ini jangan sampai terganggu dengan ketegangan konflik yang ada di Ukraina," imbuhnya.

Nilai ekspor antara Indonesia dan Rusia juga terbilang cukup penting baik sektor besi baja, pupuk, maupun migas dan gandum. Periode Januari-Oktober 2021 tercatat kenaikan neraca perdagangan sebesar 44,33% atau senilai US$ 2,21 miliar dibandingkan periode tahun sebelumnya yang tercatat senilai US$ 1,53 miliar.

"Ini akan jadi momentum sejarah kalau Putin hadir, Joe Biden hadir, pemimpin negara-negara G20 hadir. Indonesia bisa jadi penengah melalui konflik tapi pendekatannya tidak melalui jalur diplomasi politik, melainkan melalui diplomasi ekonomi, ini patut dicoba," tandas Bhima.


(aid/dna)

Hide Ads