Pidato Lengkap Jokowi yang Jengkel RI Sering Impor Sampai Sebut Bodoh 2 Kali

Pidato Lengkap Jokowi yang Jengkel RI Sering Impor Sampai Sebut Bodoh 2 Kali

Kholida Qothrunnada - detikFinance
Jumat, 25 Mar 2022 13:25 WIB
Presiden Joko Widodo
Foto: Tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden

Cek yang terjadi, sedih saya. Belinya barang-barang impor semuanya. Padahal kita memiliki untuk pengadaan barang dan jasa anggaran modal pusat itu Rp 526 triliun. Daerah, Pak Gub, pak Bupati, pak wali itu Rp 535 triliun, lebih gede daerah. BUMN, jangan lupa, saya detilkan lagi Rp 420 triliun.

Ini duit gede banget, besar sekali! Nggak pernah kita lihat. Ini kalau digunakan, nggak usah muluk-muluk, dibelokkan 40% saja, itu bisa trigger growth ekonomi kita yang pemerintah dan pemerintah daerah bisa 1,71%, yg BUMN bisa 0,4 dan 1,5-1,7%, BUMN-nya sampai 0,4%.

Ini kan udah bisa 2% lebih, nggak usah cari ke mana-mana, tidak usah cari investor. Kita diam saja, tapi konsisten beli barang yang diproduksi oleh pabrik kita industri kita UMKM kita. Kok nggak kita lakukan? Bodoh sekali kita, kalau nggak lakukan ini. Malah beli barang impor. Mau diteruskan? ndak! ndak bisa!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kalau beli barang impor kita memberi pekerjaan kepada negara lain, duit kita berarti capital outflow keluar. Pekerjaan ada di sana, bukan di sini. Coba dibelokkan ke sini, barang yang kita beli barang dalam negeri, artinya akan ada investasi, artinya buka lapangan pekerjaan tadi dihitung bisa buka 2 juta lapangan pekerjaan.

Kalau ini tidak dilakukan, sekali lagi, bodoh banget kita ini! jangan tepuk tangan, karena belum kita lakukan. Kalau nanti melakukan dan itu 400 triliun lebih betul betul semua mengerjakan silahkan semuanya tepuk tangan. Kita minta 40% dulu, targetnya nggak banyak-banyak sampai nanti Mei.

ADVERTISEMENT

Tadi pagi saya cek, sudah berapa sekarang? Baru 214 triliun. Gimana mau kita terus-teruskan. Coba CCTV beli impor, di dalam negeri aja bisa produksi. Apa-apaan ini? Dipikir kita bukan negara maju? Buat CCTV aja beli impor.

Seragam dan sepatu tentara dan polisi beli dari luar, kita ini produksi di mana mana bisa kok. Jangan diterus-teruskan. Alkes, Menteri Kesehatan, tempat tidur untuk rumah sakit, produksi, di Jogja ada, Bekasi, Tangerang ada, beli impor. Mau kita terus-teruskan?

Nanti mau saya umumkan kok, saya kalau udah jengkel ini, saya umumkan nanti. Ini RS daerah beli impor, Kementerian Kesehatan masih impor. Tak baca nanti! Karena, sekarang ternyata gampang banget ini, detil, harian bisa saya pantau ini.

Alsintan, Menteri Pertanian, apa traktor-traktor kayak gitu, bukan hightech aja impor. Jengkel saya! Saya kemarin dari Atambua menanam jagung saya lihat, ada traktor ada alsintan, saya lihat, waduh, nggak boleh ini pak Menteri nggak boleh.

Pensil, kertas, saya cek impor, bolpoin. Ini apa ini kita? Kadang saya mikir ini kita ngerti tidak sih, hal kayak begini? Jangan-jangan kita semua nggak kerja detail, sehingga tak mengerti kalau yang dibeli itu barang impor. Buku tulis, impor. Haduh.

Jangan ini diteruskan, setop, sehingga melompat nanti kalau kita semuanya beli produk dalam negeri meloncat pertumbuhan ekonomi kita. Target nanti, syukur sebelum Mei Rp 400 triliun itu bisa tercapai. Akan sangat bagus sekali. Dampaknya akan ke mana-mana. Coba aja kita lihat angka di Kementerian, PU Rp 92 triliun, Kemenhan Rp 68 triliun, Polri Rp 56 triliun, Kementerian kesehatan 36 triliun, yang gede-gede ini, yang saya sebutin yang gede-gede aja.

Dikbud Rp 29 triliun, hati-hati Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tadi pagi saya cek baru Rp 2 triliun. Ini kelihatannya ada yang nggak semangat di dalamnya, di kementerian. Urusan masak beli bangku, kursi, mau impor kita? Laptop mau impor kita? Kita sudah bisa bikin semuanya itu. Udah lah jangan diterus-terusin.

Artinya apa? Penambahan pertumbuhan ekonomi itu sudah ada di depan mata kita. Tinggal kita ini mau kerjakan atau tidak mau kerjakan. Kalau kita kerjakan ada tambahan tadi, sehingga saya minta, saya nggak mau ditawar-tawar lagi urusan yang Rp 400 triliun di Mei.

Segera dorong juga UMKM di daerah itu masuk ke dalam e-catalogue. Masukkan, sebanyak-banyaknya. Saya minta pada Kepala LKPP, kemarin 50 ribu sudah meloncat 176 ribu. Akhir tahun harus tembuh 1 juta, lompatannya harus seperti itu, tapi kepala daerah, gubernur, bupati, walikota, ambil umkm yang baik baik kualitasnya segera masuk ke e-catalogue.

Urusan yang sering dikeluhkan ke saya itu, sulit ini pak SNI-nya? SNI ini barang apa toh? Sertifikatnya sulit pak. Sertifikat apa lagi toh ini? Barang kita sendiri kok, permudah itu buat sederhana.

Ada Kepala Badan ndak sih yang keluarin SNI di sini? Buat sederhana, jangan ruwet, mahal lagi, bayar sana bayar sini. Kapan UMKM punya SNI kalau digituin. Dipermudah biar semua bisa masuk ke e-catalogue.

Kalau semua semangat begini, UMKM kita senyum semua di sini. Mereka jadi mau tidak mau investasi mesin lagi untuk menambah kapasitas, kenapa? Karena ordernya ada. Ini captive.Uang-uang APBN, uang rakyat, uang kita sendiri kok dibelikan barang impor. Gimana ini saya kadang kan aduh. Gregetan saya!

Yang tepuk tangan nanti kalau barangnya nggak masuk ke e-catalogue, kemudian targetnya tak tercapai, saya umumkan nanti. Setuju ndak? (Setuju) umumin dah! Kita memang harus terbuka padanya. Saya minta pastikan implementasi kebijakan berjalan betul-betul segera di lapangan. Tiap daera akan bagus kalau ada tim percepatan penggunaan produk dalam negeri.

Kedua Kemenkeu BKPB betul-betul diawasi, laporan harian ke saya. Konsekuensinya, kalau ada yang nggak semangat, potong DAK-nya. Setuju? Setujunya ndak semangat, kelihatannya pada ngeri semuanya. Saya potong nanti, DAU-nya saya tahan. Jika, ada yang tidak disepakati apa yang ada pada hari ini.

BUMN saya sampaikan ke Menteri BUMN, ganti Dirut-nya? ganti! ngapain kita. Kementerian, ya sama saja, tapi itu bagian saya itu. Reshuffle?

Uangnya di depan mata, uangnya ada, uang kita sendiri tinggal belanjakan produk dalam negeri aja sulit. Akan saya awasi betul, saya minta Bapak Jaksa Agung, jangan sampai produk impor masuk sini dicap produk dalam negeri, karena sering di marketplace ada aggregator.

Jangan pikir kita ndak ngerti. Saya peringatkan dua kali, ada perusahaan teknologi. Besoknya hilang, jangan hanya dua ini, yang lain akan dipantau.

Saya minta ini dikawal diawasi, termasuk Mendag, Dirjen bea cukai. Ada apa lari kemana? Oh ke provinsi A, kabupaten b, kota c, kelihatan semua. Sekarang ini gampang sekali itu melihat-lihat.

Manfaatkan katalog lokal segera. Saya rasa itu yang mau saya sampaikan. Kita patut bersyukur saya sampaikan terima kasih.

Kemarin kita cek kasus harian kita di angka 5800 dari 64 ribu, saya harapkan turun terus dan kita bisa mudik lebaran bareng-bareng. Insyallah.



Simak Video "Video: kala Jokowi Antar Cucu Liburan di Tengah Masa Penyembuhan"
[Gambas:Video 20detik]

(das/das)

Hide Ads