Feni juga menjelaskan alur distribusi di mana pihaknya menjual kepada subdistributor dan ada dua alur. Jika ke pasar tradisional, dijual melalui sub distributor kemudian konsumen. Sementara yang dijual ke pasar modern langsung dari main distributor oleh gerai modern kemudian langsung ke konsumen.
Feni pun membeberkan kemungkinan alasan mahal atau langkanya minyak goreng di masyarakat. "Gejala awal yang kami rasakan pada saat bahan baku mulai naik karena supercycle kami merasakan bahwa perdagangan CPO arahnya sudah agak condong ke sales market, jadi penjual mempunyai daya tawar yang lebih tinggi," tuturnya.
"Jadi kami mengalami sedikit kesulitan untuk membeli CPO dan kalaupun itu ada, harga bisa lebih tinggi dari harga tender KPB. itu yang kami rasakan gejala awalnya," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Masa Depan Cerah Kasim Subianto mengaku penjualannya turun sampai 20% selama harga minyak goreng naik dari akhir 2021. Dia sendiri bertindak selaku distributor khusus minyak goreng curah.
"Yang biasanya mereka sekali deal untuk seminggu ke depan, karena harganya tinggi mereka takut penjualan turun jadi mereka belinya sekitar 3 hari punya stok. Pada akhir 2021 harga sekitar Rp 17 ribuan per kg untuk minyak curah," bebernya.
(aid/hns)