Untuk diketahui, sebelum pandemi COVID-19 total usaha penyedia makan minum di Indonesia sejumlah 4.008.927 usaha sepanjang 2019. Jumlah tersebut terdiri dari 12.602 usaha menengah besar (UMB) dan 3.996.325 usaha menengah kecil (UMK).
Selama tahun tersebut, akumulasi pertumbuhan industri makanan minuman (mamin) berhasil menyentuh 7,78% (cumulative to cumulative/coc). Sayangnya pertumbuhan itu tiba-tiba terganggu COVID-19, sehingga pada 2020 industri mamin nasional hanya tumbuh 1,58% (coc).
"Selain alasan menjaga kesehatan, penurunan pertumbuhan industri mamin tersebut kami prediksi juga terjadi karena masyarakat mengurangi pengeluaran. Hal ini merupakan hasil analisis kami berdasarkan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan peningkatan total simpanan bank pada awal 2022," kata CEO Pusat Riset Visi Teliti Saksama, Rikando Somba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu sejalan dengan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Per Januari 2022 yang menyebut nilai total simpanan bank umum tercatat sebesar Rp 7.439 triliun. Jumlah tersebut naik sebesar Rp 800,4 triliun atau bertambah sebanyak 12,06 (YoY).
Pertumbuhan jumlah simpanan itu menurutnya tak terlepas dari masih adanya sikap yang terpecah di masyarakat. Di satu sisi, ada kelompok masyarakat yang optimistis kondisi sudah aman dan pandemi segera berakhir. Di sisi lain, masih ada kelompok masyarakat yang masih khawatir dengan pandemi.
Uniknya, dari hasil survei yang ada, kata Rikando, dua kelompok ini sama-sama punya keinginan untuk keluar menikmati kuliner secara dine in di kafe atau resto utuk melepas penat. Sikap inilah yang menjadi potensi besar dari bisnis kafe dan resto secara offline.
"Dari beberapa segmen responden yang kami riset, ada yang menghabiskan Rp 1-5 juta per bulan per individu untuk wisata kuliner atau ngopi. Bahkan ada yang sampai menghabiskan Rp 30 juta meskipun jumlahnya hanya 3%," tutur Rikando.
Kesamaan lainnya, sekalipun berani untuk berkunjung ke kafe atau resto dan makan secara dine in, mayoritas dari kedua kelompok tersebut sama-sama punya sikap mementingkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker atau menggunakan hand sanitizer.
"Uniknya, ada faktor keramaian sebagai penentu. Ketika melihat satu kafe yang akan dikunjungi kapasitasnya lebih dari 75%, sebanyak 88,39% responden memilih membatalkan niatnya untuk berkunjung dan mencari lokasi lain," imbuhnya.