Pemerintahan Presiden China Xi Jinping memutuskan untuk melakukan lockdown di wilayah Shanghai, tempat yang menjadi pusat keuangan di Negeri Tirai Bambu.
Sisi timur Shanghai baru saja melalui empat hari pembatasan ketat. Sisi barat memulai isolasi empat hari pada 1 April.
Selain menjadi pusat industri keuangan, Shanghai adalah pusat semikonduktor, elektronik, dan manufaktur mobil, juga merupakan pelabuhan pengiriman tersibuk di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Xu Tianchen, ekonom China untuk Economist Intelligence Unit mengatakan gangguan rantai pasokan jangka pendek akan berdampak pada ekonomi China secara keseluruhan.
"Juga akan ada efek riak di tempat lain karena keterkaitan antara Shanghai dan wilayah lain di China, terutama pusat manufaktur Delta Sungai Yangtze," katanya disadur detikcom dari BBC, Senin (4/4/2022).
Pada tingkat yang lebih lokal, kota yang terkenal dengan etalase kelas atas seperti Gucci dan Louis Vuitton ini telah mengalami penurunan belanja oleh konsumen.
Terpukulnya bisnis ritel, hotel, dan restoran, menurut Xu dapat langsung membebani Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan Shanghai sebesar 3,7%. PDB adalah ukuran utama kesehatan ekonomi.
Pemerintah China telah menetapkan target pertumbuhan PDB sebesar 5,5% tahun ini. Tetapi beberapa analis mengatakan China akan berjuang untuk memenuhi tujuan itu.
Pada akhir pekan lalu, data menunjukkan perlambatan di bulan Maret untuk sektor manufaktur dan jasa di negara tersebut. Itu terjadi setelah pusat teknologi Shenzhen dan Jilin pada bulan lalu juga menghadapi lockdown.
"Kami telah melihat data PMI, yang menunjukkan bahwa sektor manufaktur dan jasa benar-benar terpukul. Dan itu belum termasuk lockdown Shanghai. Jadi saya pikir secara kualitatif kami melihat lebih banyak tekanan turun untuk data PDB kuartal pertama dan kedua," kata Peiqian Liu, ekonom China untuk NatWest Markets.
Simak Video "China yang Sibuk Lockdown Kala Negara Lain Siap-siap Endemi"
[Gambas:Video 20detik]