Sri Lanka menghadapi krisis keuangan terburuk dalam beberapa dekade. Cadangan devisa menyusut lebih dari 16% menjadi US$ 1,93 miliar pada Maret berdasarkan data bank sentral hari Kamis.
Kolonna Manufacturing merupakan contoh utama model pembangunan ekonomi yang diinginkan Sri Lanka yakni sebuah pabrik di pedalaman negara kepulauan yang menciptakan lapangan kerja lokal. Pabrik ini mempekerjakan 800 pekerja dari wilayah tersebut, termasuk kepala eksekutifnya Koralage.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Unit ini membuat garmen untuk ekspor dan menghasilkan hampir US$ 140.000 per tahun untuk desa-desa setempat.
Namun, kondisi negara itu sedang buruk. Kekurangan dolar AS telah membuat negara itu berjuang untuk membayar impor termasuk makanan, obat-obatan dan bahan bakar.
Bahkan, pembangkit listrik Sri Lanka sedang berjuang untuk mempertahankan operasinya. Pemadaman listrik yang berkepanjangan dan terus-menerus melumpuhkan bisnis, terutama bisnis berorientasi ekspor yang mampu menghasilkan dolar yang sangat dibutuhkan.
Eksportir seperti Kolonna biasanya mengunci pesanan dengan harga tetap dan memiliki kapasitas terbatas untuk menyerap kenaikan biaya. Rupee Sri Lanka yang lebih lemah biasanya menguntungkan eksportir. Tapi, kenaikan biaya menguras semua hal positif.
Kondisi ini mempengaruhi bisnis dan karyawannya. Koralage mengatakan ketika biaya hidup naik, mempertahankan pekerja terampil akan menjadi tantangan lain.
(acd/ara)