Sri Mulyani: Pemulihan Ekonomi RI Kuat, tapi...

Sri Mulyani: Pemulihan Ekonomi RI Kuat, tapi...

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 13 Apr 2022 10:17 WIB
Sri Mulyani: Pertamina Punya Tanggung Jawab Besar Jadi Pilar Zero Emissions
Foto: Dok. Istimewa
Jakarta -

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menilai stabilitas sistem keuangan Indonesia dalam kondisi normal. Pemulihan ekonomi juga terjaga seiring meredanya COVID-19 dan pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap kuat yang didukung oleh kegiatan konsumsi masyarakat atau rumah tangga, kegiatan investasi, serta dukungan belanja pemerintah," kata Sri Mulyani yang juga Ketua KSSK dalam konferensi pers KSSK secara virtual, Rabu (13/4/2022).

Meski begitu, pihaknya tetap mewaspadai kondisi pemulihan ekonomi Indonesia. Melihat perkembangan perdagangan ekonomi global dan pertumbuhan ekonomi global yang terancam salah satunya akibat terjadinya perang Rusia-Ukraina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Suasananya memang mengalami perubahan yang sangat signifikan dari sisi global. Tekanannya sekarang sangat tinggi, bukan dari pandemi tapi dari sisi dinamika global," imbuhnya.

Sri Mulyani membeberkan indikator ekonomi hingga awal Maret 2022 tercatat baik. Seperti indeks keyakinan konsumen, penjualan eceran, penjualan kendaraan bermotor, konsumsi semen dan konsumsi listrik.

ADVERTISEMENT

"Dari sisi eksternal, surplus neraca perdagangan pada Februari 2022 meningkat mencapai US$ 3,83 miliar dan ini didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan non migas terutama dengan meningkatnya harga-harga komoditas global seperti batu bara, besi, baja, serta CPO," ungkapnya.

Di tengah ketidakpastian pasar global, nilai tukar Rupiah Indonesia tetap terjaga. Meski pada triwulan I-2022 mengalami depresiasi 0,33% secara rata-rata dibandingkan akhir tahun 2021, nilai itu disebut masih lebih rendah dibandingkan mata uang negara berkembang lainnya.

"Malaysia Ringgit mengalami depresiasi 1,15% year to date, India Rupee depresiasi 1,73% year to date, Thailand depresiasi 3,15% year to date," jelas Sri Mulyani.




(aid/zlf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads