Awas! Inflasi Tak Terkendali Bisa Timbulkan Orang Miskin Baru di RI

Awas! Inflasi Tak Terkendali Bisa Timbulkan Orang Miskin Baru di RI

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 14 Apr 2022 19:45 WIB
Kehidupan warga di kawasan waduk Riario, kampung Pendongkelan, Jakarta, Jumat (1/3). Hingga akhir Januari 2013, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data kemiskinan terbaru Indonesia dengan perincian jumlah penduduk miskin per September 2012 mencapai 28,59 juta orang (11,66 persen), menurun dibanding Maret 2012 yang tercatat 29,13 juta orang (11,96 persen), terjadi penurunan sebesar 0,54 persen atau sekitar 540.000 orang.
Ilustrasi kemiskinan/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Masyarakat dihadapkan sederet kenaikan barang-barang pokok. Level inflasi pun diramal akan terus meningkat beberapa waktu ke depan.

Peneliti Indef Eisha Maghfiruha Rachbini mengatakan inflasi yang naik tak terkendali dapat membuat angka kemiskinan Indonesia bertambah.

Dia bilang selama ini masih banyak masyarakat yang masuk ke dalam kategori rentan miskin. Golongan ini tak bisa mendapatkan bantuan rutin dari pemerintah karena tidak masuk ke dalam kategori miskin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, apabila terjadi kenaikan harga yang terus menerus bisa-bisa golongan ini jadi jatuh miskin. Apalagi bila kenaikan harga terjadi pada barang pokok yang memang menjadi keharusan untuk dibeli.

"Banyak masyarakat rentan, dia di kondisi normal nggak masuk masyarakat miskin. Nah ketika dihadapkan atas kenaikan harga, mereka bisa jatuh jadi masyarakat miskin," ungkap Eisha dalam diskusi virtual Indef, Kamis (14/4/2022).

ADVERTISEMENT

"Jelas, ini (inflasi) akan memperbesar angka kemiskinan indonesia," tegasnya.

Bukan cuma angka kemiskinan, Indonesia terancam tak bisa mengejar target untuk tumbuh menjadi negara berpenghasilan tinggi alias negara maju. Pasalnya, angka inflasi yang tinggi bakal menghambat pertumbuhan ekonomi.

Eisha mengatakan sejarah membuktikan hal itu. Di tahun 2013-2014, kala inflasi tinggi terjadi karena adanya kenaikan harga minyak dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia anjlok. Dengan masalah yang sama seperti sekarang, bukan tidak mungkin bila inflasi terjadi pertumbuhan ekonomi akan melambat.

"Ketika itu ada inflasi 8,3% ini memukul pertumbuhan ekonomi kita dari 6,3% jadi 5,78%. Ketika inflasi tinggi ini berisiko ke pertumbuhan ekonomi kita. Kalau tidak ada pertumbuhan yang baik, kita akan sulit catch up dan mengejar target kita jangka panjang yang ingin diraih," papar Eisha.

"Misalnya, meningkat ke level negara berpendapatan menengah ke atas dan menjadi negara maju," lanjutnya.

Terlebih lagi di tengah momen pemulihan ekonomi akibat krisis yang terjadi karena pandemi, Eisha meminta agar pemerintah fokus untuk menjaga ekonomi masyarakat. Bantuan bisa diberikan, ataupun tetap menahan harga barang-barang yang disubsidi.

"Momentum pemulihan ini sangat penting untuk meraih pertumbuhan. Jadi, kalau tidak dijaga maka target jangka panjang tak akan bisa dikejar," pungkas Eisha.

Seperti diketahui, kenaikan harga beberapa komoditas telah terjadi di Indonesia. Paling terasa adalah kenaikan harga minyak goreng di tengah masyarakat. Bahkan, pemerintah sampai harus terjun memberikan BLT minyak goreng kepada masyarakat miskin.

Di sisi lain, komoditas energi sudah mulai mengalami kenaikan. BBM dan gas LPG non subsidi sudah mengalami kenaikan.

Tidak berhenti di situ, wacana kenaikan harga komoditas energi subsidi pun mulai disuarakan pemerintah. Mulai dari BBM Pertalite, Elpiji 3 kg, hingga tarif listrik.



Simak Video "Video Sri Mulyani soal Inflasi RI Rendah: Tak Terkait dengan Daya Beli"
[Gambas:Video 20detik]

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads