Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengingatkan bahwa risiko ketidakpastian di 2023 masih tinggi. Meskipun, pandemi COVID-19 diprediksi lebih terkendali.
Suahasil mengatakan risiko ketidakpastian masih tinggi karena meningkatnya risiko global seperti geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang membuat harga komoditas lebih tinggi hingga memberi tekanan inflasi. Kondisi itu turut memberi dampak kepada penerimaan negara.
"Pandemi COVID-19 kita proyeksikan, kita berdoa semoga COVID-19 tetap terkendali, namun risiko ketidakpastian 2023 masih tinggi apalagi disertai dengan meningkatnya risiko global. Tentu seluruh risiko global ini memiliki dampak kepada penerimaan negara," katanya dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2022, Kamis (28/4/2022).
Beberapa komoditas seperti gas, batu bara, minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), gandum hingga jagung harganya meningkat. Hal itu membuat inflasi meningkat di berbagai belahan dunia dan harus diantisipasi pemerintah Indonesia.
Meski begitu, kondisi ekonomi Indonesia diklaim cukup kuat saat ini. "Mobilitas sudah mulai berjalan dan keinginan untuk berbelanja juga sudah mulai meningkat. Sektor industri kita PMI manufaktur terjaga di atas indikator 50, konsumsi listrik juga stabil di tingkat pertumbuhan yang positif dan impor bahan baku juga menunjukkan tren yang baik," jelasnya.
Dengan kondisi seperti itu maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 diharapkan berada di rentang 5,3% sampai 5,9%. Konsolidasi fiskal juga akan terus dilakukan dan defisit APBN diarahkan kembali ke bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Asumsi dasar makro sementara tahun 2023:
- Pertumbuhan ekonomi: 5,3% - 5,9%
- Inflasi: 2%-4%
- Nilai tukar : Rp 13.800-15.000/US$
- Suku bunga SUN 10 tahun: 6,65% - 7,77%
- Harga minyak mentah RI: US$ 65-75 per barel
- Lifting minyak: 652-750 ribu barel per hari
- Lifting gas: 1.082-1.195 ribu barel setara minyak per hari
Lihat juga video 'Menhub Berharap Ekonomi Bangkit Kala Mudik Lebaran':
(ara/ara)