Edy membeberkan keberhasilan pemerintah dalam menjaga stabilitas perekonomian Indonesia. Dari sisi internal, Ia menyatakan, pemerintah telah berhasil melakukan penanganan dan pengendalian COVID19, dan pemulihan ekonomi nasional.
Sedangkan secara eksternal, sambung dia, Indonesia diuntungkan dengan komoditas unggulan ekspor yang memberikan dukungan fiskal. "Ini dibuktikan dengan cadangan devisa kita dan stabilitas rupiah," ucap Edy.
"Indonesia mencatat surplus neraca dagang 23 bulan berturut-turut. Kombinasi faktor-faktor ini menguatkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia, sehingga investasi asing (FDI) pada Triwulan-I 2022 tumbuh signifikan 31,8 persen yoy," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, lanjut Edy, Indonesia tetap harus mewaspadai dampak lanjutan transmisi dari perang, kenaikan harga komoditas, kondisi pandemi COVID19 di China, dan potensi penurunan pertumbuhan ekonomi global.
Jika kondisi tersebut terus berkelanjutan, kata Edy, akan berdampak pada meningkatnya inflasi, penurunan daya beli, dan menekan fiskal.
"Mengingat APBN harus lebih banyak menyediakan dukungan bantalan sosial bagi masyarakat, dan terakhir menekan pasar keuangan melalui pelemahan rupiah serta meningkatnya tingkat bunga pasar," tambahnya.
Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah menyiapkan berbagai langkah antisipatif. Diantaranya, melakukan diversifikasi tujuan ekspor maupun sumber impor dan mendorong penggunaan local currency settlement system (LCS) dalam transaksi ekspor impor, serta mendorong efisiensi dan pemulihan industri pengolahan.
"Pemerintah juga memperkuat perlindungan sosial ekonomi yang lebih tepat sasaran melalui reformasi subsidi dan pembenahan basis data," pungkasnya.
(das/dna)