Sederet Masalah Masih Hantui Profesi Guru: Upah Minim hingga Plagiarisme

Sederet Masalah Masih Hantui Profesi Guru: Upah Minim hingga Plagiarisme

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 12 Mei 2022 15:50 WIB
ilustrasi hari guru
Foto: ilustrasi: Nadia Permatasari
Jakarta -

Profesi guru di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan. Dari mulai status kepegawaian hingga masih banyaknya guru yang diupah terlalu kecil.

Salah satu yang cukup membuat khawatir adalah rencana pemerintah menghapus status guru honorer. Di sisi lain, tak ada kepastian seluruh guru honorer yang ada saat ini bisa diangkat sebagai aparatur sipil negara (ASN).

Benar saja, Badan Kepegawaian Negara (BKN) mencatat, saat ini terdapat 410.000 tenaga honorer, di mana 4.782 di antaranya adalah tenaga kesehatan, 123.502 orang guru atau tenaga pendidik, 2.333 penyuluh, dan 279.393 tenaga administrasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belum juga selesai dengan sederet permasalahan tersebut, profesi guru kini juga menghadapi permasalahan yang lebih pelik salah satunya adalah masalah plagiarisme.

Plagiarisme merupakan perilaku mengambil, mengikuti atau menjiplak karya orang lain, kemudian diakui sebagai karya sendiri untuk dipublikasikan di media atau lainnya untuk berbagai kepentingan.

ADVERTISEMENT

Boleh dikatakan Plagiarisme atau perilaku jiplak-menjiplak adalah hal yang harus dihindari lantaran hal tersebut mampu merusak karakter serta tatanan ilmu pengetahuan yang ada.

Saat ini perilaku plagiarisme itu sudah menjangkit anak-anak sejak sekolah menengah atau mahasiswa, di mana mereka dapat mengambil jawaban atau karya tulis untuk kepentingan tugas-tugas ilmiah.

Apalagi di zaman perkembangan teknologi dan informasi yang semakin cepat ini, tentu mudah bagi mereka untuk copy paste tugas.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Bila hal tersebut dibiarkan, maka sangat berbahaya bagi kehidupan mereka, di mana mereka kehilangan kepercayaan diri untuk bisa mengisi soal sendiri, mengikis kejujuran siswa demi meraih nilai tinggi, menghambat perkembangan pengetahuan, mengikis kreativitas dan inovasi siswa.

Karena itu sebagai guru atau dosen, Anda bisa mengajarkan siswa atau mahasiswa untuk menghindari perilaku plagiarisme, khususnya dalam mengerjakan tugas.

Perihal perilaku plagiarisme pada siswa harus direfleksikan dengan mencari penyebab mengapa siswa melakukan hal tersebut.

Plagiarisme pada siswa bisa disebabkan karena siswa takut salah, ingin mendapatkan nilai tinggi, guru mungkin hanya mengapresiasi nilai tanpa melihat proses siswa, siswa menginginkan yang praktis namun dengan cara yang salah, dan lain sebagainya.

Motivasi siswa untuk menyontek atau plagiarisme tugas tentu berbeda-beda, ini menjadi tantangan bagi guru untuk mengetahuinya lalu melakukan evaluasi. Tetapi, melakukan refleksi dan evaluasi saja tidaklah cukup. Dari hasil tersebut, guru perlu melanjutkannya melalui aksi atau tindakan nyata.

Posisi guru sebagai tenaga pendidik melekat pada pasangan untuk mengubah kondisi lebih baik, bukan sekadar saling berbantah atau beradu argumen mengenai plagiarisme, namun juga melalui aksi nyata untuk memengaruhi siswa-siswi jadi lebih percaya diri dan menumbuhkan kejujuran siswa kembali.

Alasannya, permasalahan ini masuk ke dalam konteks pendidikan karakter bangsa, di mana kejujuran dan tanggung jawab menjadi salah satu karakter yang harus diasah dan ditumbuhkan pada siswa.

Lantas apa yang bisa dilakukan guru jika plagiarisme pada siswa ini seakan-akan telah menjadi budaya dan hal yang biasa?

Dengan kemajuan teknologi saat ini, guru dapat mengecek plagiarisme para siswa dengan menggunakan plag.id.

Plag.id yakni penyedia layanan pendeteksi plagiarisme global, yang telah digunakan pengguna di lebih dari 90 negara. Layanan tersebut berfokus terhadap teks, khususnya berkenaan deteksi kemiripan dan pengecekan plagiarisme.

Adapun plag.id mengembangkan teknologinya berupa multibahasa, sehingga mudah digunakan serta akurat di berbagai negara. Seperti di Amerika Serikat (AS) hingga negara-negara di Eropa.

Pemeriksa plagiarisme plag.id dipakai secara luas dan disukai oleh ribuan siswa, mahasiswa, guru, dosen dan beragam profesi lainnya. Boleh dikatakan, plag.id adalah solusi deteksi plagiarisme dengan waktu yang cepat yang biasa dipakai di perguruan tinggi, perusahaan swasta, instansi pemerintahan, dan semua lembaga pendidikan lainnya.

Sebut saja, Dahlia Darwis yang berprofesi sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta, mengungkapkan, dirinya menyukai fitur-fitur canggih dalam plag.id.

"Saya sangat suka dengan plagramme ini karena sangat membantu pelajar maupun mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dan mengecek plagiarisme dari sebuah tulisan. Sehingga nilai-nilai kami dapat teratasi serta aman," tuturnya kepada wartawan, di Jakarta, baru-baru ini.

Selain itu, mahasiswa Eirens Josua Matahine menyarankan mahasiswa menggunakan plag.id. Karena dengan nilai yang bagus, dapat mengantarkan mahasiswa melanjutkan kuliahnya di kampus-kampus ternama di luar negeri.

"Plag.id membantu mahasiswa untuk mengecek tingkat plagiarisme dan mengoreksi sitasi (kutipan) yang keliru. Jadikan nilai mahasiswa bagus agar nanti bisa kuliah di kampus bergengsi di dalam negeri maupun luar negeri," ujar Josue.

Sementara itu, Rachma Intan Natasya yang berprofesi sebagai guru menyebut plag.id mampu mengkoreksi tugas-tugasnya sebagai pendidik yang banyak.

"Keren banget. Aku bisa mengkoreksi tugas-tugas aku yang banyak banget. Dari plag.id berapa persen kesalahan yang aku tulis atau berapa banyak tingkat plagiat siswa . Benar-benar plag.id sangat membantu sekali," tuturnya menambahkan.

Adapun fitur-fitur canggih yang terdapat di plag.id antara lain, Nilai Kemiripan, Nilai Resiko Plagiarisme, Nilai Parafrase, Kredibiltas dan Kecocokan, Penilaian yang Cepat, Kutipan dan Kutipan yang Tidak Tepat.


Hide Ads