Putin Siapkan Serangan Balik Usai Terus-terusan Dihujani Sanksi

Terpopuler Sepekan

Putin Siapkan Serangan Balik Usai Terus-terusan Dihujani Sanksi

Ilyas Fadilah - detikFinance
Sabtu, 14 Mei 2022 12:45 WIB
Perang Ukraina: Uni Eropa minta warganya kerja dari rumah demi kalahkan Putin
Foto: BBC Magazine
Jakarta -

Banyaknya sanksi yang diterima Rusia membuat Presiden Vladimir Putin murka. Putin merilis daftar negara tidak bersahabat dan semakin serius melakukan balas dendam.

Putin memerintahkan para ahli membentuk tim kerja untuk merealisasikan balas dendamnya. Tim kerja itu dipimpin oleh Penasihat Presiden Rusia, Maxim Oreshkin termasuk pejabat tinggi seperti Gubernur Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina.

Salah satu balas dendam yang akan dilakukan Putin yakni kewajiban membayar pembelian bahan bakar dari Rusia dengan mata uang rubel Rusia. Seperti dikutip dari Reuters, Jumat (13/5/2022). Langkah ini diambil setelah Rusia terus dihujani sanksi oleh negara-negara barat, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sanksi apa saja yang didapat Rusia hingga membuat Putin semakin murka? detikcom merangkum sanksi dari beberapa negara yang terang-terangan memberi sanksi kepada Rusia, seperti AS, Uni Eropa, dan Inggris.

Amerika Serikat (AS)

ADVERTISEMENT

Amerika Serikat (AS) menjadi negara maju yang gencar memberikan sanksi kepada Rusia. Pada bulan lalu saja, negara ekonomi terbesar di dunia itu menghentikan akses pemerintah Rusia terhadap cadangan dana negara itu di perbankan AS.

Akibat pengenaan sanksi tersebut, maka cadangan uang Rusia yang disimpan di lembaga keuangan AS bakal dibekukan. Dampaknya, Rusia akan sulit membayar utangnya kepada investor internasionalnya.

Sementara yang terbaru, pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan memberikan serangkaian sanksi baru terhadap Rusia. Sanksi ini ditetapkan AS usai Presiden Joe Biden dan para pemimpin G-7 bertemu secara virtual dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Minggu, 8 Mei 2022.

Melansir dari CNN, kali ini pemerintah AS menargetkan kontrol ekspor baru terhadap sektor industri Rusia, media asal Rusia, dan sekitar 2.600 pembatasan visa bagi pejabat Rusia dan Belarusia.

Dalam pelaksanaannya, AS akan memberikan sanksi pertama terhadap eksekutif Gazprombank, perusahaan raksasa tempat sebagian besar negara Eropa membeli gas Rusia.

AS juga menerapkan sanksi bagi tiga stasiun televisi Rusia, yakni perusahaan gabungan Channel One Russia, stasiun televisi Russia-1, dan perusahaan penyiaran gabungan NTV.

Uni Eropa

Sanksi yang diberikan Uni Eropa di antaranya memberlakukan larangan ekspor untuk champagne, mobil mewah, pakaian, produk elektronik dan perlengkapan olahraga mahal ke Rusia.

Kemudian, Uni Eropa juga melarang investasi dan bantuan untuk sektor energi Rusia dan impor baja jadi dari Rusia. Lembaga pemeringkat kredit juga dilarang mengevaluasi lembaga dan perusahaan Rusia.

Tidak hanya itu, Uni Eropa baru-baru ini mengumumkan sanksi baru kepada Rusia. Sanksi baru tersebut adalah penghentian impor pasokan minyak mentah dari Rusia selama enam bulan.

"Kami akan menghentikan pasokan minyak mentah Rusia, dalam enam bulan dan produk olahan pada akhir tahun ini," kata Leyen kepada Parlemen Eropa dalam sebuah konferensi pers, dikutip dari Reuters.

Sanksi ini juga akan menjadi larangan impor lengkap untuk semua minyak Rusia. Meskipun, keputusan ini juga akan menjadi tugas yang rumit bagi UE. Diketahui, negara-negara di kawasan UE juga bergantung pada beberapa sumber energi Rusia, termasuk minyak.

Inggris

Inggris melayangkan sanksi baru bulan ini untuk Rusia. Sanksi baru itu di antaranya pelarangan ekspor sejumlah barang dan menetapkan tarif impor.

Larangan ekspor dan ditetapkannya tarif impor dari Inggris diperkirakan akan membebankan ekonomi Rusia sebesar 1,7 miliar pound sterling atau setara Rp 24 triliun (kurs Rp 14.300).

Larangan ekspor akan menargetkan bahan kimia, plastik, karet dan mesin. Larangan ekspor tersebut akan membebankan ekonomi Rusia setidaknya mencapai 250 juta pound sterling.

Kementerian Perdagangan Internasional Inggris mengatakan tarif impor dan larangan ekspor dilakukan untuk menekan Rusia, khususnya mengurangi kekuatan negara itu untuk mendanai perang. Tentunya tujuannya untuk menghentikan semua upaya perang yang dilakukan Rusia.

"Kami bertekad untuk melakukan yang terbaik untuk menggagalkan tujuan Putin di Ukraina dan merusak invasi legalnya, yang telah melihat tindakan barbar dilakukan terhadap rakyat Ukraina," kata Menteri Perdagangan Internasional Inggris Anne-Marie Trevelyan.


Hide Ads