Lapor Pak Jokowi, Petani Sawit 'Berdarah-darah' Imbas Larangan Ekspor

Lapor Pak Jokowi, Petani Sawit 'Berdarah-darah' Imbas Larangan Ekspor

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 16 Mei 2022 11:38 WIB
A worker transports palm oil fresh fruit bunches during harvest at a plantation in Kampar regency, Riau province, Indonesia April 26, 2022. Picture taken April 26, 2022. Picture taken April 26, 2022. REUTERS/Willy Kurniawan
Foto: REUTERS/WILLY KURNIAWAN: Petani sawit mengeluhkan anjloknya harga tandan buah segara setelah larangan ekspor berlaku
Jakarta -

Petani sawit mengeluhkan saat ini tangki penyimpanan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit sudah terisi penuh. Tidak hanya itu, harga tandan buah segara (TBS) sawit juga turun signifikan.

Kondisi ini dipicu larangan ekspor minyak sawit (CPO/crude palm oil), termasuk minyak goreng, yang diberlakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak 28 April lalu.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia Setiyono mengatakan petani kini kebingungan karena tangki penyimpanan, di mana petani menjual TBS sudah penuh. Belum lagi banyak pabrik kelapa sawit yang memiliki kebun sendiri, sehingga lebih mengutamakan kebunnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka sudah tidak terima TBS lagi dari petani karena sudah penuh," katan Setiyono kepada detikcom, Senin (16/5/2022).

Kemudian, melimpahnya pasokan TBS dan larangan ekspor juga menjatuhkan harga kelapa sawit. Saat ini untuk petani swadaya sekitar Rp 1.800 hingga Rp 2.000 per kilo TBS.

ADVERTISEMENT

"Untuk yang swadaya ini sudah kewalahan harganya. Kalau yang masuk kemitraan, di Riau saat ini Rp 2.900/kilo. Anjlok, gimana orang dari Rp 4.000/kilo jadi Rp 2.900/kilo," katanya kepada detikcom, Senin (16/5/2022).

Setiyono mengatakan sebenarnya harga TBS normalnya Rp 4.000/kilo. Namun, diakui harga itu masih tidak wajar.

"Harga sawit memang 4.000/kilo, itu sebenarnya tidak wajar. Tetapi jika diimbang harga pupuk yang naik 300% jadi wajar. Tetapi kalau harga CPO saja sudah Rp 17.000/kilo, nggak mungkin minyak goreng dijual Rp 14.000/liter. Karena Rp 17.000 harga sudah mencapai TBS Rp 4.000/kilo," jelasnya.

Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

Berkaitan dengan pupuk, juga diakui menjadi kendala dari petani kelapa sawit. Setiyono mengatakan saat ini harga pupuk juga sudah naik sangat tinggi hingga 300%.

"Harapan petani harga pupuk dinormalkan seperti dulu lagi awalnya urea cuma Rp 250.000 per sak sekarang sudah Rp 500.000 per sak. Kalau pupuk kcl dari Rp 260.000 per sak menjadi Rp 800.000 per sak. Itu, kami pupuk naik nggak pernah protes, tapi sawit naik ini diprotes mulu sama pemerintah," jelasnya.

"Makanya, kalau pemerintah mau harga CPO standar dan minyak goreng juga standar, dipikirkan juga harga pupuk untuk petani kelapa sawit ini," jelasnya.

Oleh sebab itulah, petani akhirnya mengirim surat terbuka kepada Jokowi. Surat itu dilayangkan kemarin Minggu (15/5). Surat terbuka itu berisi permintaan petani kepada Jokowi untuk menghentikan kebijakan larangan ekspor CPO dan turunannya.


Hide Ads