Untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan lingkungan di Indonesia, pengembang aset karbon asal Indonesia, CarbonX, bekerja sama dengan Yayasan Indonesia Indah (IIF) mengadakan program pendidika yang diluncurkan secara resmi di tahun 2019 dan telah diuji coba di 30 sekolah nasional di area Jakarta.
Program bersama dengan CarbonX ini akan dimulai pada bulan Mei 2022 dan berkembang ke area Jakarta Utara. Setelah itu direncanakan pula untuk merambah ke daerah lain di mana pendidikan lingkungan sangat dibutuhkan, seperti beberapa pedesaan di Samarinda dan Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, dan direncanakan untuk diperluas ke beberapa lokasi CarbonX di seluruh Indonesia.
Program ini diharapkan dapat berkontribusi membantu Indonesia untuk mencapai target nol emisi karbon. Co-Founder dan Presiden Komisaris CarbonX, Pandu Sjahrir percaya bahwa CarbonX dan IIF memiliki visi yang sama untuk masa depan Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya percaya bahwa saat menerapkan program keterlibatan sosial, sangat penting untuk memiliki mitra dan tim yang tepat. Kami merasa CarbonX dan IIF bersama-sama memiliki semua hal yang diperlukan untuk membuat dampak yang berarti di Indonesia," ungkap Pandu.
Untuk memitigasi dampak perubahan iklim, program ini berkomitmen untuk menanam satu pohon mangrove per anak. Harapan CarbonX adalah untuk bisa menjangkau 1 juta anak selama lima tahun ke depan yang artinya akan ada satu juta mangrove ditanam. Pohon mangrove adalah penyerap karbon yang sangat besar dan menyediakan habitat penting bagi ikan remaja dan kehidupan laut yang terancam punah.
Mangrove juga mampu melindungi wilayah pesisir dari erosi dan abrasi - masalah yang banyak dialami oleh masyarakat pesisir di Indonesia. Untuk tahap pertama, akan ditanam pohon pada bulan Agustus di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, daerah yang telah mengalami degradasi mangrove dan erosi pantai. CarbonX dan IIF berkomitmen untuk mendukung rencana restorasi mangrove Indonesia di masa depan.
"Kurikulum sekolah nasional Indonesia tidak memiliki silabus khusus mengenai keberlanjutan lingkungan," kata Angela Jelita Richardson, Pendiri dan Ketua Yayasan Indonesia Indah. Sebaliknya, subjek pendidikan lingkungan menyatu dalam mata pelajaran yang berbeda, seperti studi agama Islam atau biologi.