Masih Teka-teki, Inikah Dalang di Balik Badai PHK Startup?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 03 Jun 2022 13:11 WIB
Ilustrasi/Foto: shutterstock
Jakarta -

Maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) pada perusahaan rintisan di bidang teknologi atau startup tengah menjadi topik perbincangan yang hangat di Tanah Air. Hal tersebut pun kerap kali dikaitkan dengan fenomena bubble burst.

Bubble burst atau situasi bubble secara umum merupakan kondisi yang terjadi ketika nilai pasar naik dengan sangat cepat, terutama pada nilai aset dan diikuti oleh penurunan yang cepat. Lalu, benarkah hal itu sedang terjadi?

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bima Yudhistira menjelaskan, kondisi saat masih menjadi perdebatan dan masih terlalu dini jika dibilang bubble. Sebab, kondisi saat ini banyak berbeda dengan kondisi bubble yang terjadi sebelumnya seperti dotcom bubble.

"Tapi yang jelas, beberapa startup itu ada yang menjadi masalah utamanya adalah soal pendanaan. Produknya bisa matching tapi dari sisi pendanaan ada beberapa perubahan memang," katanya dalam acara d'Mentor detikcom seperti ditulis, Jumat (3/6/2022).

Pendanaan merupakan akar masalahnya. Bhima menjelaskan, sebelum pandemi tingkat suku bunga sangat rendah. Beberapa negara bahkan menerapkan suku bunga negatif.

Kondisi saat itu, likuiditas sedang melimpah. Sementara, aset-aset tradisional kurang menarik untuk menjadi tempat investasi.

"Emas kurang menarik, surat utang bunganya kecil banyak yang akhirnya berinvestasi di perusahaan rintisan ataupun startup ini," sambungnya.

Menurut Bhima, di tengah euforia investasi biasanya ada koreksi. Dia pun menuturkan, proses seleksi alam pun kemudian berlangsung.

"Jadi startup yang produknya tidak fit di pasar, pendanaannya kemudian bermasalah, mereka melakukan efisiensi, itu untuk menata ulang persaingan. Terutama yang sebelumnya mungkin melakukan burning money, bakar uang untuk dapat customer dalam waktu singkat, market share-nya naik dalam waktu singkat, mungkin dituntut agar pertumbuhannya lebih organik," paparnya.

Sementara, Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia periode 2018-2020 Ignatius Untung menilai, penyebab PHK yang terjadi di sejumlah startup ialah kondisi ekonomi global.

"Kita mengantisipasi kondisi ekonomi global yang mulai orang bilang resesi lah ya. Indonesia mungkin belum masuk, mungkin kita baru di depan pintu, tapi kita sudah lihat negara-negara yang sudah lebih dulu, yang sudah kena Turki inflasinya sampai double digit, Amerika juga mencatat rekor tertinggi inflasi, China pun sudah mulai siap-siap," terangnya.

"Tapi kalau dihubungkan dengan yang tadi dibilang tech bubble dan lain sebagainya saya ko tidak melihat, saya bukan tidak bilang iya, saya nggak bilang bahwa bukan itu penyebabnya, tapi setidaknya itu bukan penyebab utamanya. Jadi bener-bener pure hanya karena resesi. Sayangnya bisnis model startup memang rentan resesi," sambungnya.




(acd/eds)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork